MENYIBAK
SASTRA DAN BUDAYA EROPA DALAM EDENSOR
Oleh Tika
Andriani
EDENSOR
adalah novel ketiga dari tetralogi
laskar pelangi. Novel karya Andrea Hirata ini tidak kalah bagusnya dari
novel-novel sebelumnya yaitu novel Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Novel ini
masih menceritakan Arai dan Ikal sebagai tokoh utama. Pada novel sebelumnya
(Sang Pemimpi) cerita diakhiri dengan diterimanya Arai dan Ikal di Universitas
bergengsi di Perancis yaitu Sorbonne. Sang Pemimpi masih kental dengan budaya
dan adat Tanah Belitung, novel lebih banyak menceritakan kehidupan masyarakat
Belitung khususnya dan Indonesia umumnya. Namun dalam novel Edensor ini kita
akan menemukan tolak belakang dari budaya Indonesia, novel ini lebih banyak
menceritakan tentang masyarakat Eropa dan budayanya.
Edensor mengulas tentang perjalan
hidup Andrea (dalam Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi disebut sebagai tokoh yang
bernama Ikal, namun dalam Edensor Tokoh Ikal berubah nama menjadi Andrea) dan
Arai. Pertemuannya dengan Weh, lelaki yang harus menanggung aib karena
menderita penyakit burut, penyakit
nista yang disebabkan oleh ulah nenek moyangnya yang telah berani melanggar
aturan agama. Weh yang telah mengajarkannya cara membaca bintang, mengurai
langit sebagai kitab terbentang serta membawanya pada satu pemahaman tentang
zodiak. Selain itu pengalamannya dengan cerita Mak Bira tentang kelahirannya
Andrea yang sangat ditunggu-tunggu. Telah mengajarkan Andrea tentang kehidupan
dan alam sebagai implementasinya.
Dalam Edensor pembaca bisa menemukan banyaknya perbandingan
antara Indonesia dan negara asing (Eropa), diantara perbedaan tersebut bisa
kita lihat dalam Edensor melalui kebiasaan, pemilihan nama anak baru lahir,
pendidikan, keamanan, norma, kebudayaan, bahkan pengertian tentang cinta.
Misalnya dalam pemilihan nama bisa kita lihat, di Indonesia umumnya dan Melayu
khususnya, nama itu adalah hal yang saklar, hal yang sangat penting dan
berurusan dengan agama serta sumber aura. Nama akan mencerminkan pribadi dan
perangai seseorang. Masyarakat Indonesia banyak memilih nama untuk anaknya dari
agama, misalnya karna masyarakat Indonesia dominan Islam maka nama tersebut
diambil dari kitab suci Al-Qur’an. Namun jika dibandingkan dengan orang asing
(Eropa), nama bukan hal yang penting, mereka cenderung tidak peduli soal nama.
Berawal dari
mimpi, mereka mampu memperoleh beasiswa Uni Eropa ke Universitas Sorbonne,
Perancis. Sampainya di Perancis, mimpi mereka tidak hanya sampai disitu, mereka
bermimpi untuk menjelajahi Eropa bahkan menjelajahi dunia. Andrea dan Arai berencana untuk
melakukan perjalanan keliling benua Eropa mengikuti tradisi para pengelanan back packer Kanada. Rencana perjalanan
panjang ini mendapat respon yang serius dari para sahabat, yang akhirnya
dijadikan sebagai ajang pertaruhan untuk mengukur keberanian untuk menaklukkan
tantangan. Penjelajahan panjang menjelajahi Benua eropa dengan bermodal semangat
dan keberanian pun dimulai, walau di tengah perjalanan Arai harus pulang
karena sakit. Dalam
perjalanannya mereka harus rela menjadi pengamen seni, yaitu menampilkan
seni patung dimana Ikal dan Arai menjadi patung dan berdandan sebagai putri
duyung.
Perjalanan
mereka penuh tantangan, mereka menumpang kendaraan lewat, tidur di jalan-jalan,
bahkan ketika kehabisan uang, mereka harus makan daun-daunan mentah untuk
bertahan hidup. Namun Ikal dan Arai tidak
pernah menyerah, mereka manusia yang hidup dalam mimpinya. Hanya berbekal
impian, keberanian dan tekad untuk memenangkan taruhan, akhirnya mereka mampu
melakukan perjalanan ke 42 negara di Eropa, Rusia hingga menjejakkan kakinya ke
Afrika. Selama perjalan tersebut, Ikal tidak pernah lupa pada cinta pertamanya,
A Ling, yang entah dimana. Berbekal teknologi internet, ia mencari nama A Ling
disetiap negara yang ia kunjungi. Namun tidak berhasil. Setelah menyelaisan
risetnya, dan ketika ingin bertemu dengan pembimbingnya. Disaat itulah Andrea
menemukan Edensor, sebuah desa kecil di pedalaman Inggris yang dulu pernah
diceritakan A Ling. Cinta sejatinya Andrea.
Setelah membaca ulasan dari cerita di atas, Edensor juga mengenalkan
para pembaca dengan budaya lain yang terdapat di Eropa yaitu berupa seni jalanan. Sebuah kebiasaan di
Eropa dimana para artist (seniman) bebas mempertunjukkan aksi, kebolehan dan
bakat mereka di pinggir jalan atau di jalanan. Pekerjaan seperti ini sangat
dihargai, tidak dipandang sebelah mata bahkan dapat digunakan sebagai modal
untuk menjelajah Eropa seperti yang dilakukan Andrea dan Arai. Hal itu tentu
sangat berbeda di Indonesia, di negara kita aktifitas seperti itu pasti sudah
mendapat cemoohan dari masyarakat,
dipandang sebelah mata, dan dinilai tidak baik.
Universitas Sorbonne Perancis, telah menghantar mereka pada
pertemuan dan persahabatan dengan mahasiwa dari berbagai belahan dunia dengan
beragam latar belakang. Kehidupan bangsa Eropa yang terkenal intelektual,
dinamis dan efisien telah menunjukkan pada berbagai realita betapa rendahnya
kualitas dan sistem pendidikan bangsa Indonesia. Hanya semangat dan tekad yang
kuat yang mampu menghantar Andrea dan Arai pada sebuah keberanian untuk menjadi
bagian dari sistem pendidikan yang modern. Kesenjangan tingkat pemahaman dan
pengetahuan mengharuskan dua sahabat karib ini berjuang untuk menyelesaikan
pendidikan mereka. Hal tersebut bisa kita lihat pada mozaik Pathetic Four. Disana
digambarkan kebiasaan mahasiswa Inggris, Amerika, Jerman, Yahudi serta
mahasiswa dari Jepang dan Negara Asia lainnya. Mereka cenderung berintelektual
tinggi, jenius, tertarik pada hal-hal besar, tidak suka ribut dan sering
menjadi motivator. Dibandingkan Andrea, yang hanya bisa menyimak dan merekam
untuk didengar kembali di rumah setiap perkataan atau materi yang disajikan dosen. Dalam
hal pendidikan kita jauh tertinggal oleh negara lain.
Dalam Edensor juga ditemukan perbedaan persepsi mengenai
cinta. Misalnya persepsi perbedaan cinta antara Andrea dan Katya, gadis Jerman
yang Jelita yang hanya tertarik pada Andrea walaupun banyak pria yang
menyatakan cinta padanya. Perbedaan arti cinta antara Ikal (Timur) dengan Katya
(Barat). Menurut Katya “cinta adalah channel TV, jika bosan, maka bisa
diganti”. Sementara bagi Ikal, cinta adalah
sesuatu yang bernilai sakral dan indah, sesuatu yang harus dipertahankan dan
tidak bisa disepelekan. Selain itu perbedaan lainnya bisa kita lihat, misalnya
banyak masyarakat Eropa yang cenderung sembarangan dalam hal cinta, kadang
mereka menjalani sebuah hubungan tanpa dilandasi rasa cinta. Di Eropa seks
bebas itu sudah biasa, namun di Indonesia itu merupakan hal yang sangat tabu,
jangankan untuk melakukannya, untuk dibicarakan saja sudah melanggar norma dan
adat yang berlaku.
Selain perbedaan di atas, kita juga bisa melihat adanya
perbedaan suhu dan iklim antara Indonesia dan Eropa. Eropa memiliki empat musim
yaitu musim panas, dingin, semi gugur. Sedangkan di Indonesia hanya memiliki
dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Diceritakan bahwa Andrea dan Arai,
pada malam pertama sesampainya di Eropa, tidur di taman dengan suhu yang sangat
dingin. Mereka harus berjuang untuk tetap hangat agar hidupnya tidak turut
dibekukan dingin. Hal ini terjadi karena tidak ada tempat yang disediakan Van
Der Wall, seorang pemilik penginapan di Perancis. Van Der Wall mengatakan bahwa
ia telah mengkonfirmasi ke Jakarta mengenai kedatangan Ikal dan Arai, namun
tidak ada jawaban. Meskipun pada kenyataannya masih ada kamar kosong, namun
sistem yang berlaku di sana tidak sama dengan Jakarta. Ikal dan Arai disuruh
kembali besok.
Dari kasus di atas dapat dilihat perbedaan budaya kerja antar Eropa secara umum dengan
Indonesia, serta perbedaan dari segi keamanan. Dari segi kerja, Eropa bertindak
berdasarkan pada sistem yang teratur, tidak mau melanggar peraturan atau sistem yang ada, dan sesuai
prosedur. Sedangkan Indonesia cenderung bekerja semrawutan, tidak teratur,
sering melanggar aturan, bahkan selalu menuai untung dengan pekerjaan tersebut,
bahkan tidak segan-segan memakan uang negara yang seharusnya untuk
rakyat,sehingga tidak salah kalau Indonesia disebut termasuk lima negara
terkorup di dunia.
Dalam hal keamanan, melihat kejadian di atas, tentu saja itu
akan menjadi sasaran empuk bagi penipu, maling maupun copet. Hal itu sangat berbeda dengan
Eropa, misalnya saja saat Andrea berkelana Eropa, mereka tidur hanya
menggunakan sleeping-bag, bersistirahat di terminal, atau
stasiun-stasiun. Namun selama perjalanan tersebut, Andrea dan Arai hanya
diganggu satu kali oleh orang tidak dikenal. Keamanan di Eropa sangat dijaga,
hal tersebut mungkin berbeda dengan Indonesia. Jangankan untuk tidur dengan
aman, untuk bepergian dengan aman, untuk makan-minum pun mereka sepertinya
harus berhati-hati.
Edensor bertema tentang kehidupan secara umum. Mengkaji
tentang hasil dari olah pikir manusia terhadap gejala yang timbul dalam
kehidupan. Kita hidup di alam dan belajar dari alam, hal itu bisa kita lihat
dari sebuah istilah yang di paparkan oleh penulis; langit adalah kitab yang
terbentang (hal.8).
Langit disini mewakili alam, tempat dimana manusia hidup. Sementara kitab yang
terbentang dapat diartikan sebagai sumber ilmu yang diperuntukkan bagi seluruh
makhluk yang ada di bawah naungannya (langit). Hal itu bisa kita lihat
dari kisah tokoh yang selalu belajar dari alam, kita lihat saat Andrea belajar
tentang perbintangan dari Weh.
Selain perbedaan kebudayaan yang mencolok, kita juga bisa
melihat kandungan sastra yang terdapat dalam Edensor. Misalnya adalah Edensor
memiliki karakteristik sendiri yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur
penulisnya. Salah satu karakteristik tersebut adalah ditemukannya
metafora-metafora ilmiah. Maksudnya, penulis dengan sengaja memberikan sesuatu
yang baru dan bersifat ilmiah. Selain itu, pemakaian diksi juga sangat terpengaruh
oleh hal-hal yang ilmiah.
Penggunaan metafora dan kata-kata ilmiah dalam Edensor memberikan nilai tambah
tersendiri, mempesona, memikat dan meminta untuk dibaca. Cerita
yang dibangun oleh Andrea Hirata berjalan dengan menarik dan menimbulkan keingintahuan
pembaca untuk terus berlanjut ke bab-bab berikutnya. Pemilihan kalimat yang
simple namun penuh makna, diikuti oleh alur cerita yang bersambungan dan latar
cerita yang menarik, sehingga membuat pembacanya terkagum-kagum.
Edensor, membawa kita pada perjalanan yang tidak hanya pada
tempat-tempat yang spektakuler, tidak hanya memberikan kita tantangan, hingga
menghadapkan kita pada pengertian tentang cinta sejati, namun mampu membawa
kita pada satu kesadaran kejatian diri kita sebagai manusia. Dibutuhkan
semangat, kemauan yang besar dan daya juang tinggi untuk meraih semua mimpi
hingga mewujudkannya dalam sebuah realita kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa
Edensor adalah diksi dan pemakaian gaya bahasa yang menarik, juga memiliki
nilai tambah berupa pengetahuan budaya.
Profil Penulis:
Tika Andriani merupakan cewek yang punya ciri khusus, yaitu
tai lalat di pipi sebelah kiri ini, lahir pada tanggal 24 Desember 1989.
Tepatnya di sebuah desa kecil, perbatasan antara Kab. Sijunjung dengan Kab.
Tanah Datar yaitu, Nagari Taluk, Kec. Lintau Buo, Kab. Tanah Datar.
Cewek yang
berzodiak Capricorn ini menamatkan SD di SDN 42 III Tumpuk, Taluk, Lintau Buo.
Tamatan SMPN 2 Batusangkar, dan menjadi salah satu alumni terbaik di SMAN 2
Batusangkar (narsis abiesss!!!). Sekarang cewek manis ini sedang megambil S1 di
UNP, jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, dengan NIM 01489/2008.
0 Komentar:
Posting Komentar