Sabtu, 17 Desember 2011

Essay 4 (Kritik Sastra)



MENYIBAK SASTRA DAN BUDAYA EROPA DALAM EDENSOR
Oleh Tika Andriani

            EDENSOR adalah novel ketiga dari tetralogi laskar pelangi. Novel karya Andrea Hirata ini tidak kalah bagusnya dari novel-novel sebelumnya yaitu novel Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Novel ini masih menceritakan Arai dan Ikal sebagai tokoh utama. Pada novel sebelumnya (Sang Pemimpi) cerita diakhiri dengan diterimanya Arai dan Ikal di Universitas bergengsi di Perancis yaitu Sorbonne. Sang Pemimpi masih kental dengan budaya dan adat Tanah Belitung, novel lebih banyak menceritakan kehidupan masyarakat Belitung khususnya dan Indonesia umumnya. Namun dalam novel Edensor ini kita akan menemukan tolak belakang dari budaya Indonesia, novel ini lebih banyak menceritakan tentang masyarakat Eropa dan budayanya.

            Edensor mengulas tentang perjalan hidup Andrea (dalam Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi disebut sebagai tokoh yang bernama Ikal, namun dalam Edensor Tokoh Ikal berubah nama menjadi Andrea) dan Arai. Pertemuannya dengan Weh, lelaki yang harus menanggung aib karena menderita penyakit burut, penyakit nista yang disebabkan oleh ulah nenek moyangnya yang telah berani melanggar aturan agama. Weh yang telah mengajarkannya cara membaca bintang, mengurai langit sebagai kitab terbentang serta membawanya pada satu pemahaman tentang zodiak. Selain itu pengalamannya dengan cerita Mak Bira tentang kelahirannya Andrea yang sangat ditunggu-tunggu. Telah mengajarkan Andrea tentang kehidupan dan alam sebagai implementasinya.
Dalam Edensor pembaca bisa menemukan banyaknya perbandingan antara Indonesia dan negara asing (Eropa), diantara perbedaan tersebut bisa kita lihat dalam Edensor melalui kebiasaan, pemilihan nama anak baru lahir, pendidikan, keamanan, norma, kebudayaan, bahkan pengertian tentang cinta. Misalnya dalam pemilihan nama bisa kita lihat, di Indonesia umumnya dan Melayu khususnya, nama itu adalah hal yang saklar, hal yang sangat penting dan berurusan dengan agama serta sumber aura. Nama akan mencerminkan pribadi dan perangai seseorang. Masyarakat Indonesia banyak memilih nama untuk anaknya dari agama, misalnya karna masyarakat Indonesia dominan Islam maka nama tersebut diambil dari kitab suci Al-Qur’an. Namun jika dibandingkan dengan orang asing (Eropa), nama bukan hal yang penting, mereka cenderung tidak peduli soal nama.
Berawal dari mimpi, mereka mampu memperoleh beasiswa Uni Eropa ke Universitas Sorbonne, Perancis. Sampainya di Perancis, mimpi mereka tidak hanya sampai disitu, mereka bermimpi untuk menjelajahi Eropa bahkan menjelajahi dunia. Andrea dan Arai berencana untuk melakukan perjalanan keliling benua Eropa mengikuti tradisi para pengelanan back packer Kanada. Rencana perjalanan panjang ini mendapat respon yang serius dari para sahabat, yang akhirnya dijadikan sebagai ajang pertaruhan untuk mengukur keberanian untuk menaklukkan tantangan. Penjelajahan panjang menjelajahi Benua eropa dengan bermodal semangat dan keberanian pun dimulai, walau di tengah perjalanan Arai harus pulang karena sakit. Dalam  perjalanannya mereka harus rela menjadi pengamen seni, yaitu menampilkan seni patung dimana Ikal dan Arai menjadi patung dan berdandan sebagai putri duyung.
Perjalanan mereka penuh tantangan, mereka menumpang kendaraan lewat, tidur di jalan-jalan, bahkan ketika kehabisan uang, mereka harus makan daun-daunan mentah untuk bertahan hidup. Namun Ikal dan Arai tidak pernah menyerah, mereka manusia yang hidup dalam mimpinya. Hanya berbekal impian, keberanian dan tekad untuk memenangkan taruhan, akhirnya mereka mampu melakukan perjalanan ke 42 negara di Eropa, Rusia hingga menjejakkan kakinya ke Afrika. Selama perjalan tersebut, Ikal tidak pernah lupa pada cinta pertamanya, A Ling, yang entah dimana. Berbekal teknologi internet, ia mencari nama A Ling disetiap negara yang ia kunjungi. Namun tidak berhasil. Setelah menyelaisan risetnya, dan ketika ingin bertemu dengan pembimbingnya. Disaat itulah Andrea menemukan Edensor, sebuah desa kecil di pedalaman Inggris yang dulu pernah diceritakan A Ling. Cinta sejatinya Andrea.
Setelah membaca ulasan dari cerita di atas, Edensor juga mengenalkan para pembaca dengan budaya lain yang terdapat di Eropa yaitu berupa seni jalanan. Sebuah kebiasaan di Eropa dimana para artist (seniman) bebas mempertunjukkan aksi, kebolehan dan bakat mereka di pinggir jalan atau di jalanan. Pekerjaan seperti ini sangat dihargai, tidak dipandang sebelah mata bahkan dapat digunakan sebagai modal untuk menjelajah Eropa seperti yang dilakukan Andrea dan Arai. Hal itu tentu sangat berbeda di Indonesia, di negara kita aktifitas seperti itu pasti sudah mendapat cemoohan dari masyarakat, dipandang sebelah mata, dan dinilai tidak baik.
Universitas Sorbonne Perancis, telah menghantar mereka pada pertemuan dan persahabatan dengan mahasiwa dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang. Kehidupan bangsa Eropa yang terkenal intelektual, dinamis dan efisien telah menunjukkan pada berbagai realita betapa rendahnya kualitas dan sistem pendidikan bangsa Indonesia. Hanya semangat dan tekad yang kuat yang mampu menghantar Andrea dan Arai pada sebuah keberanian untuk menjadi bagian dari sistem pendidikan yang modern. Kesenjangan tingkat pemahaman dan pengetahuan mengharuskan dua sahabat karib ini berjuang untuk menyelesaikan pendidikan mereka. Hal tersebut bisa kita lihat pada mozaik Pathetic Four. Disana digambarkan kebiasaan mahasiswa Inggris, Amerika, Jerman, Yahudi serta mahasiswa dari Jepang dan Negara Asia lainnya. Mereka cenderung berintelektual tinggi, jenius, tertarik pada hal-hal besar, tidak suka ribut dan sering menjadi motivator. Dibandingkan Andrea, yang hanya bisa menyimak dan merekam untuk didengar kembali di rumah setiap perkataan atau materi yang disajikan dosen. Dalam hal pendidikan kita jauh tertinggal oleh negara lain.
Dalam Edensor juga ditemukan perbedaan persepsi mengenai cinta. Misalnya persepsi perbedaan cinta antara Andrea dan Katya, gadis Jerman yang Jelita yang hanya tertarik pada Andrea walaupun banyak pria yang menyatakan cinta padanya. Perbedaan arti cinta antara Ikal (Timur) dengan Katya (Barat). Menurut Katya “cinta adalah channel TV, jika bosan, maka bisa diganti”.  Sementara bagi Ikal, cinta adalah sesuatu yang bernilai sakral dan indah, sesuatu yang harus dipertahankan dan tidak bisa disepelekan. Selain itu perbedaan lainnya bisa kita lihat, misalnya banyak masyarakat Eropa yang cenderung sembarangan dalam hal cinta, kadang mereka menjalani sebuah hubungan tanpa dilandasi rasa cinta. Di Eropa seks bebas itu sudah biasa, namun di Indonesia itu merupakan hal yang sangat tabu, jangankan untuk melakukannya, untuk dibicarakan saja sudah melanggar norma dan adat yang berlaku.
Selain perbedaan di atas, kita juga bisa melihat adanya perbedaan suhu dan iklim antara Indonesia dan Eropa. Eropa memiliki empat musim yaitu musim panas, dingin, semi gugur. Sedangkan di Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Diceritakan bahwa Andrea dan Arai, pada malam pertama sesampainya di Eropa, tidur di taman dengan suhu yang sangat dingin. Mereka harus berjuang untuk tetap hangat agar hidupnya tidak turut dibekukan dingin. Hal ini terjadi karena tidak ada tempat yang disediakan Van Der Wall, seorang pemilik penginapan di Perancis. Van Der Wall mengatakan bahwa ia telah mengkonfirmasi ke Jakarta mengenai kedatangan Ikal dan Arai, namun tidak ada jawaban. Meskipun pada kenyataannya masih ada kamar kosong, namun sistem yang berlaku di sana tidak sama dengan Jakarta. Ikal dan Arai disuruh kembali besok.
Dari kasus di atas dapat dilihat perbedaan  budaya kerja antar Eropa secara umum dengan Indonesia, serta perbedaan dari segi keamanan. Dari segi kerja, Eropa bertindak berdasarkan pada sistem yang teratur, tidak mau melanggar peraturan atau sistem yang ada, dan sesuai prosedur. Sedangkan Indonesia cenderung bekerja semrawutan, tidak teratur, sering melanggar aturan, bahkan selalu menuai untung dengan pekerjaan tersebut, bahkan tidak segan-segan memakan uang negara yang seharusnya untuk rakyat,sehingga tidak salah kalau Indonesia disebut termasuk lima negara terkorup di dunia.
Dalam hal keamanan, melihat kejadian di atas, tentu saja itu akan menjadi sasaran empuk bagi penipu, maling maupun copet. Hal itu sangat berbeda dengan Eropa, misalnya saja saat Andrea berkelana Eropa, mereka tidur hanya menggunakan sleeping-bag, bersistirahat di terminal, atau stasiun-stasiun. Namun selama perjalanan tersebut, Andrea dan Arai hanya diganggu satu kali oleh orang tidak dikenal. Keamanan di Eropa sangat dijaga, hal tersebut mungkin berbeda dengan Indonesia. Jangankan untuk tidur dengan aman, untuk bepergian dengan aman, untuk makan-minum pun mereka sepertinya harus berhati-hati.
Edensor bertema tentang kehidupan secara umum. Mengkaji tentang hasil dari olah pikir manusia terhadap gejala yang timbul dalam kehidupan. Kita hidup di alam dan belajar dari alam, hal itu bisa kita lihat dari sebuah istilah yang di paparkan oleh penulis; langit adalah kitab yang terbentang (hal.8). Langit disini mewakili alam, tempat dimana manusia hidup. Sementara kitab yang terbentang dapat diartikan sebagai sumber ilmu yang diperuntukkan bagi seluruh makhluk yang ada di bawah naungannya (langit). Hal itu bisa kita lihat dari kisah tokoh yang selalu belajar dari alam, kita lihat saat Andrea belajar tentang perbintangan dari Weh.
Selain perbedaan kebudayaan yang mencolok, kita juga bisa melihat kandungan sastra yang terdapat dalam Edensor. Misalnya adalah Edensor memiliki karakteristik sendiri yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur penulisnya. Salah satu karakteristik tersebut adalah ditemukannya metafora-metafora ilmiah. Maksudnya, penulis dengan sengaja memberikan sesuatu yang baru dan bersifat ilmiah. Selain itu, pemakaian diksi juga sangat terpengaruh oleh hal-hal yang ilmiah. Penggunaan metafora dan kata-kata ilmiah dalam Edensor memberikan nilai tambah tersendiri, mempesona, memikat dan meminta untuk dibaca. Cerita yang dibangun oleh Andrea Hirata berjalan dengan menarik dan menimbulkan keingintahuan pembaca untuk terus berlanjut ke bab-bab berikutnya. Pemilihan kalimat yang simple namun penuh makna, diikuti oleh alur cerita yang bersambungan dan latar cerita yang menarik, sehingga membuat pembacanya terkagum-kagum.
Edensor, membawa kita pada perjalanan yang tidak hanya pada tempat-tempat yang spektakuler, tidak hanya memberikan kita tantangan, hingga menghadapkan kita pada pengertian tentang cinta sejati, namun mampu membawa kita pada satu kesadaran kejatian diri kita sebagai manusia. Dibutuhkan semangat, kemauan yang besar dan daya juang tinggi untuk meraih semua mimpi hingga mewujudkannya dalam sebuah realita kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa Edensor adalah diksi dan pemakaian gaya bahasa yang menarik, juga memiliki nilai tambah berupa pengetahuan budaya.



Profil Penulis:
Tika Andriani merupakan cewek yang punya ciri khusus, yaitu tai lalat di pipi sebelah kiri ini, lahir pada tanggal 24 Desember 1989. Tepatnya di sebuah desa kecil, perbatasan antara Kab. Sijunjung dengan Kab. Tanah Datar yaitu, Nagari Taluk, Kec. Lintau Buo, Kab. Tanah Datar.
Cewek yang berzodiak Capricorn ini menamatkan SD di SDN 42 III Tumpuk, Taluk, Lintau Buo. Tamatan SMPN 2 Batusangkar, dan menjadi salah satu alumni terbaik di SMAN 2 Batusangkar (narsis abiesss!!!). Sekarang cewek manis ini sedang megambil S1 di UNP, jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, dengan NIM 01489/2008.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog