Sabtu, 17 Desember 2011

Essay 18 (Kritik Sastra)



JERITAN PALESTINA TERKUBURNYA KEBENARAN DAN KASIH SAYANG
Oleh Netri Febriani

NOVEL ini menceritakan begitu besar dan berartinya sebuah cinta dan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Saya mengharukan kisah sebuah keluarga yang kehilangan anak yang begitu ia sayangi. Dalam novel ini pengarang ingin menyampaikan bagaimana kehidupan warga Palestina disetiap harinya selalu diselimuti ketakutan akan penyerangan yang selalu menghujani disetiap saat, dan tiba-tiba oleh tentara Israel.
Saat tentara Israel menyerang desa Ein Hod di Palestina begitu banyak nyawa yang hilang sia-sia. Begitu mengerikan dan mengharukan saat kita membaca setiap lembar demi lembar, halaman demi halaman membuat air mata jatuh dan mengiris hati kita. Banyak anak-anak yang kehilangan kasih sayang orang tua mereka.

Pengarang begitu apik membuat novel ini sehingga disetiap cerita yang tertulis di dalamnya kita dapat membayangkan dan merasakan apa yang terjadi disetiap keadaan yang tertulis, kehidupan yang begitu mengiris dan menyentuh hati bila kita membaca setiap lembar dan bab. Novel ini menyimpan beribu kisah tentang cinta, kasih sayang, persahabatan dan kekeluargaan.
Peperangan, tangis, duka, dan derita menjadi bumbu yang begitu menyatu dan seolah-olah menjadi satu dalam lingkaran perang yang dilakukan oleh Israel dengan begitu kejam dan bengisnya. Pengarang seperti mengangkat dari sebuah kisah nyata bila kita mencermati dan memahami isi novel fiksi ini. Tetapi akhir dari kisah ini tidak membahagiakan karena Amal meninggal saat menyelamatkan David (Ismail) kakak yang bertahun-tahun tidak pernah ia kenal wajah dan namanya. Namun saat dia mengetahui bahwa David adalah Ismail, kakak yang selalu di rindu-rindukan oleh ibunya berada di depan mata. Amal mau mengorbankan nyawanya untuk sang kakak dan putrinya.
Pengarang tidak ingin akhir cerita ini mengecewakan pembaca sehingga saat pertemuan Amal dan David (Ismail) begitu dipaksakan agar cerita ini benar-benar hidup dan menyentuh. Tetapi pengarang mematikan tokoh yang begitu penting di dalamnya yaitu Dalia ibu dari Amal dan David, kesan yang timbul dari akhir cerita ini seolah-olah David harus merasakan apa yang dirasakan oleh keluarganya terdahulu, kehilangan orang-orang yang di sayangi. Pengarang menjelaskan bagaimana tokoh-tokoh yang ada dalam novel ini begitu apik dan terarah sehingga kita bisa merasakan dan seolah-olah tokoh yang disebutkan hidup. Peperangan yang terjadi begitu nyata dan jelas diceritakan oleh pengarang bagaimana kerasnya dan kejamnya tentara Israel menyerang kaum muslim di Palestina.
Pengarang tidak berani mengupas lebih dalam seperti apa dan bagaimana pasukan Israel dalam meluluh lantakkan orang-orang muslim yang ada di Palestina. Seolah-olah pengarang perduli kepada kaum Yahudi yang berada di dalamnya mengangkat bagaimana kaum Yahudi menolong warga dan memberikan perlindungan. Padahal pengarang bisa berkomentar bagaimana tentara Israel seharusnya dalam mengatur siasat untuk menghancurkan Gaza. Saat pengarang mulai melihatkan bagaimana tentara Israel menyusun siasat, langsung pengarang mengalihkan cerita kepada keadaan warga Palestina semula.
Cerita novel ini lebih menarik jika pengarang mau memperluas cerita tidak hanya itu-itu saja, sehingga ceritanya sedikit membosankan pada awal cerita. Ketika dipertengahan cerita pengarang hanya berpatokan pada Dalia yang kehilangan putranya yaitu Ismail, sehingga tokoh Dalia seolah-olah hidup di alamnya padahal masih ada suami dan kedua anaknya. Kenapa pengarang tidak mau memberikan gambaran apa yang dikerjakan suaminya dalam rantau orang untuk menafkahi keluarganya dan apa pekerjaannya. Pengarang hanya menceritakan kisah pilu dan terpuruknya Dalia saja.
Pengarang membahas tokoh David atau Ismail yang selalu dibahas dari awal kisah hingga akhir, begitu sedikit karena pengarang hanya memperkenalkan pembaca nama Ismail yang dibesarkan oleh kaum Yahudi, tetapi pengarang tidak menceritakan bagaimana kehidupan sang tokoh Ismail tersebut. Sehingga pembaca hanya mengetahui tokoh David saat ia menjadi tentara Israel dan menyerang dan membunuh keluarganya sendiri. Cerita novel ini sedikit mengambang tetapi terkadang ceritanya masuk dan mendalami bagaimana keadaan suasana sebenarnya. Disanalah keunikan novel ini kita tidak bisa menerka apa akhir ceritanya dan bagaimana selanjutnya. Kita akan termotivasi apa selanjutnya? Sehingga kita tidak merasa bosan dan jenuh saat membacanya.
Pengarang mahir dalam menuliskan dan mengolah kata, sehingga kekurangan cerita yang semula membosankan menjadi mengasikkan bahkan menegangkan. Bahasa yang digunakan dalam novel ini biasa saja tetapi bila kita membacanya dapat memahami dan merasakan apa yang tengah terjadi di dalam ceritanya. 

Profil Penulis:
Netri Febriani anak ketiga dari tiga bersaudara ini dilahirkan di Jogokarian 4 Februari 1990, dari pasangan Triono Santoso dan Nefdwina. Menjadi diri sendiri dan mengutamakan islam sebagai pegangan hidup adalah motto hidupnya. Pendidikan Dasarnya diawali di Sekolah Dasar 07 Bantul, dilanjutkan SMP 3 Sawahlunto- Sijunjung dan melanjutkan keSMA 3 Tanjung Gadang Sumatera Barat, kemudian sekarang ia melanjutkan tingkat pendidikan di Universitas Negeri Padang (UNP) jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog