BIDIKAN
KEIKLASAN PERASAAN PEREMPUAN
DALAM KETIKA CINTA BERTASBIH
Oleh Jerry
Syamarta
KEIKHLASAAN yang
ditunjukan perempuan dalam novel ketika cinta bertasbih sangat luar biasa untuk
kita bahas, kenapa tidak banyak pertanyaan yang mngkin akan terlempar apabila
kita membicarakan hal tersebut dalam novel ini.
Novel cinta yang
menjadikan islam landasan pemikiran dan keyakinannya ini sangat apik mengeluarkan luapan perasaaan iklas
perempuannya (tokoh), contohnya adalah tokoh Ana. Ana sangat ingin sebenarnya
menentukan calon pendampingnya sendiri, hal ini dibuktikan saat dia mulai
menaruh hati terhadap Azzam, akan tetapi niatnya ini segera diurungkan karena
sudah adanya orang lain yang ingin melamarnya, hal ini juga tidak terlepas dari
permintaan kedua orang tuanya.
Apakah hati Ana benar-benar
menerima hal tersebut??, mungkin itu pertanyaaan itu yang mucul dipemikiran
penggemar KCB tersebut, apakah ia benar-benar menerima calon suaminya ikhlas
dari hati atau hanya sekedar untuk menyenangkan hati orang tuanya semata. Bisa
kita lihat hal yang tersirat dalam novel ini, karena tidak adanya keikhlasan
dari hati Ana, pernikahannya pun menjadi hancur karena suatu sebab yang kalau
dipikir masih bisa diperbaiki, masalahnya adalah Ana merasa dikianati oleh
suaminya karena sebelum pernikahan suami telah melakukan hubungan badan dengan
wanita lain yang menyebabkan ia mendapat penyakit yang sangat ganas.
Seharusnya
penyakit ini harus dibuktikan kebenarannya dengan banyak tes medis terlebih
dahulu, akan tetapi perceraian pun segera mereka laksanakan, hal ini merupakan
sebuah fenomena bagi wanita solehah seperti Ana yang keikhlasannya dizalimi, sekalipun
hal ini dilakukan oleh orang-orang yang ia sayangi. Walaupun Ana dibibir
mengiyakan perkawinan ini akan tetapi hatinya tetap meronta akan hal ini, ini
juga bukti bahwa keikhlasan wanita solehah langsung dibalas oleh Tuhan Yang
Maha Esa dengan cara apapun dan banyak jalan.
Tidak banyak
wanita zaman sekarang mempunya hati yang begitu baiknya. Hal ini pantas ditiru
oleh wanita di Negara yang sama-sama kita cintai ini, ikhlas karena Tuhan harus
menjadi prioritas setiap wanita muslim di dunia ini. Hal ini sangat penting
dalam dunia yang sudah berubah menjadi dunia yang tidak lagi mempunyai
aturan-aturan Islam yang mutlak pada zaman sekarang.
Menjadikan ikhlas
sebagai bidikan hidup tidak akan mengurangi martabat kita sebagai manusia, karena
inilah yang sangat disukai oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ikhlas yang diperagakan
oleh Ana dalam novel ini sebenarnya belum sepenuhnya ikhlas karena Tuhan karena
ia masih memikirkan dan mengharapkan lelaki lain, hal ini ia tunjukkan dengan
langsung meminta cerai kepada sang suami tanpa meminta kejelasan yang logis
akan hal tersebut. Boleh jadi di awal cerita Ana menjadikan dia wanita yang sangat
ikhlas dalam menerima semuanya, akan tetapi disaat cerita klimaks dan memasuki
tahap penyelesaian ia mulai mengurai kadar keikhlasannya akan nasib yang ia
terima, ia mencoba untuk merubah itu semua dengan meminta cerai kepada sang
suami pada saat itu juga, tanpa memikirkan perasaan sang suami.
Apakah ini keikhlsan
hati seorang wanita solehah?, hanya Tuhan yang tahu dari sisi kemanusian, Ana pun
belum bisa dikatakan tepat dalam mengambil keputusan cerai tersebut, karena
belum menemui bukti yang kongkrit dan otentik atas apa yang ia ketahui itu. Ending
cerita yang menyatukan Azzam dan Ana juga menampakan bahwa hati Ana belum
benar-benar ikhlas disaat dahulu dia menikah. Sebaiknya tokoh ini dan cerita
untuk mencapai keikhlasan yang kita bahas dalam novel ini memberikan kesempatan-kesempatan
pada suaminya terlebih dahulu untuk memberikan penjelasan. Hal ini dimaksudkan agar
semua masalah ini dapat diselesaikan tanpa harus dengan jalan perceraian. Ini juga
bertentangan dengan ajaran Islam yang mengharamkan perceraian suami istri yang
telah terikat tali pernikahan.
Memang benar Ana
merasa sangat dizalimi dengan tingkah suaminya yang belum tentu kebenarannya. Tapi
apakah pantas suami langsung diadili dengan tidak ada sedikit pertimbangan rasa
cinta yang mungkin sedang dipertanyakan pada hati kecil Ana saat mengambil
keputusan itu.
Akan tetapi
itulah kodrat manusia di bumi ini, diciptakan oleh sang pencipta tidak ada yang
sempurna, dimasudnya agar manusia memperbaiki diri mereka yang hina ini dimuka
bumi yang dimiliki mutlak oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan mencari bekal
sebanyak-banyaknya untuk hidup yang lebih kekal di dunia selain bumi ini, dan
kita ingat di bumi yang fana ini tidak ada yang abadi.
Ana yang
digambarkan begitu sempurna di awal cerita sebagai anak Kiyai yang solehah, taat
beribadah bahkan kelihatan tanpa cela sedikitpun pada akhlaknya, ternyata menyimpan
keburukan dalam mengambil keputusan penting dalam hidupnya tersebut. Klimak yang
dimainkan oleh Ana penuh dengan luapan emosi yang tidak bisa ia kontrol dengan
baik, sehingga terjadi suatu perbuatan yang sangat dibenci oleh Allh swt.
Ana bukannya tidak
tahu dan tidak punya ilmu akan hal ini, seperti yang dilukiskan dalam cerita, Ana
adalah sarjana disalah satu universitas terbaik di negeri yang terbaik pula,
bahkan menjadi yang terbaik diantara yang terbaik dikalangan kampus dimana ia
menuntut ilmu yang berguna bagi hidupnya kelak itu. Akan tetapi itulah manusia
yang diciptakan Tuhan yang tidak akan pernah menjadi sempurna, karena
kesempurnaan ini adalah mutlak milik Allah swt, Tuhan yang memberi kita semua
kehidupan, dan pemilik tunggal akan bumi yang begitu fana.
Seandainya hal
ini terjadi pada kehidupan yang nyata, alangkah bisanya kita mengambil contoh dari
cerita tersebut, Ana yang dianggab sudah sangat bisa mengarungi hidup ini
ternyata masih mempunyai celah. Celah yang membawanya jurang kehancurannya
sendiri, apalagi kita yang dianggab bukan siapa-siapa ini tidak seharusnya kita
cepat berbangga dengan apa yang telah kita capai saat ini, tidak akan rugi adanya
bila kita terus berbenah pada saat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita
semua, isi bekal sebanyak-banyaknya yang mungkin akan berguna bagi kita
dikehidupan kelak yang akan abadi selama-lamanya.
Ana yang yang
dihadapkan diantara dua pilihan juga sangat sulit mengendalikan emosinya pada
saat-saat tertentu, semua itu juga tidak terlepas dari faktor keikhlasan yang
belum sepenuhnya ia kuasai dalam dirinya. Seandainya dia bisa sedikit lebih
tenang kemungkinan ia akan menjadi tokoh wanita yang sangat sempurna dalam
novel yang telah mendapatkan berbagi penghargaaan dari berbagai kalangan di
Indonesia bagi para penggemar novel ini.
Tidak menutup
peluang hal ini terjdi karena ego Ana yang masih besar terhadap Azzam, rasa
cinta pada pandangan pertama yang menusuk mereka berdua mengaburkan semua ilmu
yang selama ini mereka tuntut dan mereka pelajari secara seksama. Jadi bagi
kita dikehidupan nyata tidak seharusnya mengkedepankan sifat ego kita tidak
hanya dibidang percintaan juga mencakup semua aspek yang kita jalani selama
ini.
Pahami essai ini sebagai bahan pertimbangan dalam
menjalani hidup, semoga bermanfaat bagi kita baik di dunia dan akhirat yang
akan segera kita jalani bersama-sama.Profil Penulis:
0 Komentar:
Posting Komentar