PETA BUDAYA KEPENULISAN ANDREA
HIRATA
Oleh Luthviyanti
SETIAP
penulis tentu mempunyai gaya atau ciri khas kepenulisan masing-masing. Gaya
kepenulisan setiap penulis tersebut tentu berbeda-beda, kalaupun ada yang sama,
tapi tidak semuanya persis sama, dan itulah
yang membedakan tiap-tiap penulis selain dari isi cerita yang disampaikan.
Perbedaan ciri khas kepenulisan ini hampir sama dengan idiolek dalam variasi
bahasa, yaitu setiap orang mempunyai gaya bicara yang berbeda-beda.
Gaya
kepenulisan yang berbeda-beda itu pula yang membuat para penulis disukai,
diminati, dan dicintai oleh pembacanya. Meskipun ceritanya bagus, tapi gaya
kepenulisannya tidak bagus, belum tentu banyak orang yang menyukai cerita
tersebut. Jika ceritanya biasa-biasa saja, tapi sang penulis mampu merangkai
kalimat demi kalimat dengan gaya bahasa yang indah, maka dapat menarik minat
orang-orang untuk membaca karya tersebut. Apalagi jika cerita yang bagus
diiringi dengan gaya kepenulisan yang bagus, maka besar kemungkinan karya yang
dihasilkan oleh penulis tersbut akan Best
Seller.
Gaya
kepenulisan itupun bermacam-macam. Ada yang kata-katanya indah tetapi sulit
dimengerti, perlu dibaca berulang kali agar bisa dipahami, pembacanya pun tentu
tidak bisa dari berbagai kalangan. Ada juga yang penulisannya dengan kata-kata
sederhana, tetapi tetap indah bila dibaca, sehingga dapat dibaca oleh semua
kalangan. Begitu
pula dengan seorang penulis fenomenal Andrea
Hirata. Karya-karyanya yang bagus,
bernilai
tinggi diiringi dengan gaya kepenulisannya yang sederhana tetapi berintelektual
tinggi dan tentu saja indah. Andrea
mempunyai ciri kepenulisan yang sangat khas, mungkin para pembaca yang sudah
sering membaca karya-karyanya akan tahu
kalau suatu tulisan itu adalah tulisan Andrea tanpa terlebih dahulu diberitahu
siapa penulisnya.
Pada
novel Padang Bulan contohnya, Andrea
mengapresiasikan ‘cemburu’ dengan gaya bahasa ilmiah dan menunjukkan
intelektual religius yang tinggi. Berikut bagaimana Andrea menganalogikan kata
cemburu:
“Cemburu
adalah perahu Nabi Nuh yang tergenang di dalam hati yang karam. Lalu, naiklah
ke geladak perahu itu, binatang yang berpasang-pasangan yakni perasaan tak
berdaya-ingin mengalahkan, rencana-rencana jahat-penyesalan,
kesedihan-gengsi, kemarahan-keputusasaan, dan ketidakadilan-mengasihani diri.”
“Cemburu,
adalah salah satu perasaan yang paling aneh yang pernah diciptakan Tuhan untuk
manusia”
“Lalu, sisa
malam yang tidak kunjung khatam itu, kulewatkan dengan satu bentuk
siksaan lain, yaitu membenci Zinar dan A Ling, namun sekaligus pula menghormati
kelebihan lelaki itu dan merindukan perempuan itu. Ah, repot sekali. Dalam
keadaan itu, jika aku sempat tertidur, datanglah mimpi-mimpi. Ternyata, mimpi
dalam bayang-bayang cemburu amat janggal dan canggih.” (Padang
Bulan: 127).
Pada kutipan tersebut,
dijelaskan bagaimana menyikapi rasa cemburu dengan arif dan bijaksana agar rasa
cemburu dapat terkendali, tidak seperti biasanya, cemburu identik dengan
cemburu buta, dimana orang yang dilanda cemburu bisa hilang akal sehatnya, dan
sering melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Cemburu yang sehat, karena dia
memakai akal sehat untuk melawan rivalnya, Zinar, walaupun sebenarnya usahanya
itu sia-sia karena selain tidak bisa mengalahkan Zinar, Zinar pun sebenarnya
bukan rivalnya, melainkan saudara A Ling, dan ini jugalah yang disebut cemburu
tanpa sebab.
Tulisan-tulisan Andrea juga
dapat memberi semangat bagi pembacanya, dengan kalimat-kalimatnya yang
berpendidikan, berwawasan luas, dan kedalaman intelektualitas, misalnya dalam Laskar Pelangi, dengan membacanya
seseorang akan menjadi semangat dan termotivasi untuk belajar dengan rajin.
Begitu juga dalam Sang Pemimpi dan Edensor pembaca akan termotivasi untuk
bermimpi setinggi mungkin dan berusaha meraihnya.
Humoris, kita bisa tersenyum
bahkan tertawa sendiri ketika membaca karya Andrea karena ada beberapa bagian kalimat
yang terdengar lucu, dan itu selalu ada disetiap karyanya. Dari segi penuturan dalam Laskar
Pelangi dan Sang Pemimpi, Andrea
tampaknya masih konsisten menyuguhkan kisah-kisah kehidupan yang memesona yang
dirangkai dengan kalimat-kalimat yang menyihir pembacanya, sehingga pembaca dibawa berkeliling
menerobos sudut-sudut kehidupan anak-anak kampung Melayu yang polos, sederhana
namun memiliki kekuatan terhadap cinta, persahabatan, pengorbanan, dan tekad
yang keras untuk mewujudkan mimpi mereka. Tiap-tiap kisah yang dituturkan baik yang penuh dengan kelucuan, keharuan, dan lainnya diungkapkan
dengan teknik bercerita yang memukau, tak heran jika Nicole Horner dalam
endorsmentnya mengatakan bahwa Andrea adalah seorang seniman kata-kata.
Gaya bahasa Andrea juga
sangat khas Melayu, seperti kata sapaan ‘boi’ dan beberapa kalimat yang lain
seperti, “gelap awan selatan dibuatnya”, “sampai gelap langit dibuatnya”,
“sakit dibuatmu” dan lain sebagainya, ada juga kata-kata yang menjadi ciri
khasnya yaitu, ‘penyakit gila’ dan menambahkan kalimat ‘bukan buatan’ diakhir
kalimatnya, kata-kata tersebut hanya akan kita temui di dalam novel-novel karya
Andrea. Selain itu
Andrea juga mengumpamakan sesuatu dengan kata-kata yang indah yang lain dari
yang lain, seperti saat menggambarkan senyum A Ling dengan sebutan ‘senyum
gelembung busa sabun’. Walaupun terkadang terkesan hiperbolis dan terlalu lebay, tetapi tetap indah dan membuat
pembaca terbawa suasana.
Keindahan kisah, kedalaman
intelektualitas, humor, gaya bahasa khas Melayu, serta kehati-hatian sekaligus kesembronoan yang disengaja telah
menjadi ciri gaya kepenulisan Andrea Hirata. Walaupun dalam novel-novelnya
terurai kisah cinta antara Ikal dan A Ling, Arai dan Zakiyah Nurmala, namun
kita tidak perlu takut jika dibaca oleh anak berumur 14 tahun kebawah karena
inilah satu-satunya novel cinta edukatif yang tidak akan kita temukan
kalimat-kalimat bernuansa vulgar didalamnya, karena ini bukan novel cinta
biasa.
Profil Penulis:
Luthviyanti
biasa dipanggil Pia. Lahir di Pariaman, 8 Juni 1990
tepatnya dihari Jum’at. Sejak TK sampai SMA sekolah di Pariaman, karena di
Pariaman tidak
ada UNP, makanya kuliah hijrah ke Padang. Sejak SD sudah suka baca majalah Bobo.
Semakin remaja
bacaannya ganti jadi majalah remaja dan novel, suka banget sama karya-karyanya
Stephanie Meyer, Ilana Tan, Andrea Hirata, dan RL.Stine, selain itu juga
tergila-gila dengan warna biru.
Hobi selain membaca
yaitu, jalan-jalan, makan, tidur, denger musik, koleksi prangko, korespondensi
dan lain-lain. Motto hidupnya sederhana, sesederhana orangnya, yaitu Just be
u’R self. Jika seseorang bertanya siapa dan bagaimana dia, maka dia akan
menjawab dengan kalimat sederhana “I just an ordinary girl, but i’ve a
wonderful dream, and I will try to get my dream. So, don’t judge me if you
don’t know who I am.
0 Komentar:
Posting Komentar