Sabtu, 17 Desember 2011

Essay 22 (Kritik Sastra)



PETA BUDAYA KEPENULISAN ANDREA HIRATA
Oleh Luthviyanti

SETIAP penulis tentu mempunyai gaya atau ciri khas kepenulisan masing-masing. Gaya kepenulisan setiap penulis tersebut tentu berbeda-beda, kalaupun ada yang sama, tapi tidak semuanya persis sama, dan itulah yang membedakan tiap-tiap penulis selain dari isi cerita yang disampaikan. Perbedaan ciri khas kepenulisan ini hampir sama dengan idiolek dalam variasi bahasa, yaitu setiap orang mempunyai gaya bicara yang berbeda-beda.
Gaya kepenulisan yang berbeda-beda itu pula yang membuat para penulis disukai, diminati, dan dicintai oleh pembacanya. Meskipun ceritanya bagus, tapi gaya kepenulisannya tidak bagus, belum tentu banyak orang yang menyukai cerita tersebut. Jika ceritanya biasa-biasa saja, tapi sang penulis mampu merangkai kalimat demi kalimat dengan gaya bahasa yang indah, maka dapat menarik minat orang-orang untuk membaca karya tersebut. Apalagi jika cerita yang bagus diiringi dengan gaya kepenulisan yang bagus, maka besar kemungkinan karya yang dihasilkan oleh penulis tersbut akan Best Seller.

Gaya kepenulisan itupun bermacam-macam. Ada yang kata-katanya indah tetapi sulit dimengerti, perlu dibaca berulang kali agar bisa dipahami, pembacanya pun tentu tidak bisa dari berbagai kalangan. Ada juga yang penulisannya dengan kata-kata sederhana, tetapi tetap indah bila dibaca, sehingga dapat dibaca oleh semua kalangan. Begitu pula dengan seorang penulis fenomenal Andrea Hirata. Karya-karyanya yang bagus, bernilai tinggi diiringi dengan gaya kepenulisannya yang sederhana tetapi berintelektual tinggi dan tentu saja indah. Andrea mempunyai ciri kepenulisan yang sangat khas, mungkin para pembaca yang sudah sering membaca karya-karyanya akan tahu kalau suatu tulisan itu adalah tulisan Andrea tanpa terlebih dahulu diberitahu siapa penulisnya.
Pada novel Padang Bulan contohnya, Andrea mengapresiasikan ‘cemburu’ dengan gaya bahasa ilmiah dan menunjukkan intelektual religius yang tinggi. Berikut bagaimana Andrea menganalogikan kata cemburu:
“Cemburu adalah perahu Nabi Nuh yang tergenang di dalam hati yang karam. Lalu, naiklah ke geladak perahu itu, binatang yang berpasang-pasangan yakni perasaan tak berdaya-ingin mengalahkan, rencana-rencana jahat-penyesalan, kesedihan-gengsi, kemarahan-keputusasaan, dan ketidakadilan-mengasihani diri.”
“Cemburu, adalah salah satu perasaan yang paling aneh yang pernah diciptakan Tuhan untuk manusia”
“Lalu, sisa malam yang tidak kunjung khatam itu, kulewatkan dengan satu bentuk siksaan lain, yaitu membenci Zinar dan A Ling, namun sekaligus pula menghormati kelebihan lelaki itu dan merindukan perempuan itu. Ah, repot sekali. Dalam keadaan itu, jika aku sempat tertidur, datanglah mimpi-mimpi. Ternyata, mimpi dalam bayang-bayang cemburu amat janggal dan canggih.” (Padang Bulan: 127).
Pada kutipan tersebut, dijelaskan bagaimana menyikapi rasa cemburu dengan arif dan bijaksana agar rasa cemburu dapat terkendali, tidak seperti biasanya, cemburu identik dengan cemburu buta, dimana orang yang dilanda cemburu bisa hilang akal sehatnya, dan sering melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Cemburu yang sehat, karena dia memakai akal sehat untuk melawan rivalnya, Zinar, walaupun sebenarnya usahanya itu sia-sia karena selain tidak bisa mengalahkan Zinar, Zinar pun sebenarnya bukan rivalnya, melainkan saudara A Ling, dan ini jugalah yang disebut cemburu tanpa sebab.
Tulisan-tulisan Andrea juga dapat memberi semangat bagi pembacanya, dengan kalimat-kalimatnya yang berpendidikan, berwawasan luas, dan kedalaman intelektualitas, misalnya dalam Laskar Pelangi, dengan membacanya seseorang akan menjadi semangat dan termotivasi untuk belajar dengan rajin. Begitu juga dalam Sang Pemimpi dan Edensor pembaca akan termotivasi untuk bermimpi setinggi mungkin dan berusaha meraihnya.
Humoris, kita bisa tersenyum bahkan tertawa sendiri ketika membaca karya Andrea karena ada beberapa bagian kalimat yang terdengar lucu, dan itu selalu ada disetiap karyanya. Dari segi penuturan dalam Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Andrea tampaknya masih konsisten menyuguhkan kisah-kisah kehidupan yang memesona yang dirangkai dengan kalimat-kalimat yang menyihir pembacanya, sehingga pembaca dibawa berkeliling menerobos sudut-sudut kehidupan anak-anak kampung Melayu yang polos, sederhana namun memiliki kekuatan terhadap cinta, persahabatan, pengorbanan, dan tekad yang keras untuk mewujudkan mimpi mereka. Tiap-tiap kisah yang dituturkan baik yang penuh dengan kelucuan, keharuan, dan lainnya diungkapkan dengan teknik bercerita yang memukau, tak heran jika Nicole Horner dalam endorsmentnya mengatakan bahwa Andrea adalah seorang seniman kata-kata.
Gaya bahasa Andrea juga sangat khas Melayu, seperti kata sapaan ‘boi’ dan beberapa kalimat yang lain seperti, “gelap awan selatan dibuatnya”, “sampai gelap langit dibuatnya”, “sakit dibuatmu” dan lain sebagainya, ada juga kata-kata yang menjadi ciri khasnya yaitu, ‘penyakit gila’ dan menambahkan kalimat ‘bukan buatan’ diakhir kalimatnya, kata-kata tersebut hanya akan kita temui di dalam novel-novel karya Andrea. Selain itu Andrea juga mengumpamakan sesuatu dengan kata-kata yang indah yang lain dari yang lain, seperti saat menggambarkan senyum A Ling dengan sebutan ‘senyum gelembung busa sabun’. Walaupun terkadang terkesan hiperbolis dan terlalu lebay, tetapi tetap indah dan membuat pembaca terbawa suasana.
Keindahan kisah, kedalaman intelektualitas, humor, gaya bahasa khas Melayu, serta kehati-hatian sekaligus kesembronoan yang disengaja telah menjadi ciri gaya kepenulisan Andrea Hirata. Walaupun dalam novel-novelnya terurai kisah cinta antara Ikal dan A Ling, Arai dan Zakiyah Nurmala, namun kita tidak perlu takut jika dibaca oleh anak berumur 14 tahun kebawah karena inilah satu-satunya novel cinta edukatif yang tidak akan kita temukan kalimat-kalimat bernuansa vulgar didalamnya, karena ini bukan novel cinta biasa.

Profil Penulis:
Luthviyanti biasa dipanggil Pia. Lahir di Pariaman, 8 Juni 1990 tepatnya dihari Jum’at. Sejak TK sampai SMA sekolah di Pariaman, karena di Pariaman tidak ada UNP, makanya kuliah hijrah ke Padang. Sejak SD sudah suka baca majalah Bobo.
Semakin remaja bacaannya ganti jadi majalah remaja dan novel, suka banget sama karya-karyanya Stephanie Meyer, Ilana Tan, Andrea Hirata, dan RL.Stine, selain itu juga tergila-gila dengan warna biru.
Hobi selain membaca yaitu, jalan-jalan, makan, tidur, denger musik, koleksi prangko, korespondensi dan lain-lain. Motto hidupnya sederhana, sesederhana orangnya, yaitu Just be u’R self. Jika seseorang bertanya siapa dan bagaimana dia, maka dia akan menjawab dengan kalimat sederhana “I just an ordinary girl, but i’ve a wonderful dream, and I will try to get my dream. So, don’t judge me if you don’t know who I am.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog