CINTA DAN KEKERASANDALAM DUNIA DUNIYA
Oleh Fatimah B. Darmawi
CINTA adalah perasaan istimewa yang
dianugerahkan kepada manusia. Cinta menghidupkan jiwa. Cinta menjadikan
seseorang bahagia dan merana pada masa yang sama. Setiap manusia berhak
merasakan cinta. Baik itu cinta pada Tuhan, orang tua, teman ataupun lawan
jenis. Karena manusia adalah mahkluk social yang tidak dapat hidup sendiri dan
butuh cinta dan kasih saying dari orang lain. Cinta yang terdapat dalam novel Dunia
Duniya ini yaitu cinta seorang anak terhadap orang tuanya, teman akrabnya
Sihar, dan juga orang-orang disekitarnya. Sihar
adalah teman lelakinya, tetapi umur Sihar tiga tahun lebih tua dari
Duniya, sehingga Sihar telah menganggap Duniya sebagai adiknya sendiri.
Selain itu, dalam novel Dunia Duniya juga berbicara tentang Child abuse atau biasa disebut kekerasan
terhadap anak yang sebenarnya sering terjadi disekitar kita. Orang tua kadang
menganggap anak adalah hak milik yang boleh dipukul dan disakiti, tanpa
memikirkan bahwa hati seorang anak dapat menjadi kelabu karena perlakuan
tersebut.
Dunia dan Sihar adalah tokoh cerita yang terdapat di novel
Dunia Duniya ini tentang kekerasan dari orang tuanya. Kedua tokoh ini sebagai
contoh dari kejadian yang sebenarnya, yang banyak kita temukan disekitar kita.
Walau sudah banyak kasus yang berhasil dibawa ke pihak berwajib, penyiksaan
terhadap anak anehnya selalu terjadi dalam lingkungan masyarakat. Anak menjadi
seperti bantalan tinju untuk melampiaskan kekesalan orang tua. Dengan
mengatasnamakan pengetahuan cara mendidik anak, pukulan dan cubitan menjadi
pandangna yang wajar, padahal jelas kita ketahui itu sangat tidak wajar.
Duniya, gadis kecil yang mengalami Child abuse ( kekerasan dalam rumah tangga) berusaha hidup normal,
dan belajar bahwa menjadi bodoh itu kutukan. Orang tua dunia tidak ingin
mendengar kenapa Duniya mendapat nilai merah, tidak ingin mendengar alasan
Duniya mengambil mangkok Mama yang sudah tidak dipakai lagi. Mereka hanya ingin Duniya
bersikap benar versi mereka, dan tidak mendatangkan masalah, itu
sebabnya mereka menghadiahkan pukulan dan cubitan pada gadis kecil itu. Dunia
tidak mengerti. Duniya tidak begitu memahami isi dunia ataupun segala macam prasangka.
Tapi, apa yang orang tua duniya lakukan membuat gadis kecil itu mulai
mempertanyakan banyak hal. Dan kenapa hal seperti itu terjadi pada dirinya.
Tapi ternyata Duniya tidak sendiri. Sihar dan Mutashor juga diperlakukan
seperti itu oleh orang tuanya. Sihar adalah cowok dengan gigi Kelinci dan rambut potongan ABRI.
Berbeda usia dengan Duniya tiga tahun. Berandalan yang dikenal membakar rumah,
mencoret-coret dinding, tidak disukai banyak orang dewasa. Bertemu Duniya
ketika berkunjung ke rumah gadis itu, keduanya bersahabat. Mutasor adalah
anak laki-laki yang suka ngomong jorok, tapi setia kawan. Ketiganya berteman
dengan cara yang unik, ketiganya ternyata memiliki masalah yang serupa, korban
kekerasan pada anak. Dunia Duniya ini bercerita tentang hidup seorang anak
menghadapi masalahnya dan berfikir dengan caranya. Bertahan hidup untuk menjadi
dewasa di bawah kekerasan rumah tangga.
Sepertinya sudah menjadi kebiasaan sebagian orang tua. Cara
yang buruk dalam mendidik anak saat melihat anak melakukan kesalahan, atau
ketidakpatuhan, orang tua memang sering dibuat jengkel. Secara refleks, karena
emosi, orang tuasering bermaksud menasehati, tapi diucapkan dengan nada tinggi.
Kebiasaan ini juga sering dilakukan oleh orang tua yang temperamental. Menasehati anak dengan bentakan akan mengakibatkan
anak tumbuh menjadi pribadi yang minder, tertutup bahkan pemberontak. Ia pun
bisa menjadi temperamental dan meniru
kebiasaan orangtuanya, suka membentak.
Duniya, tokoh utama dalam novel ini adalah seorang perempuan
yang melewati masa kecil hingga remaja dengan berbagai pengalaman pahit. Masa
tersebut ia lewati dengan tekanan batin dan tekanan psikologis yang dia alami
dilingkungan sekitarnya. Ia sering mendapatkan kekerasan atau penyiksaan dari
orang tuanya. Bukan hanya orangtuanya, tetapi juga guru di sekolahnya. Guru
yang salah mendidik anak didiknya. Kata gurunya ia bodoh karena tidak bisa
mengalikan angka dalam pelajaran matematika. Tetapi, sebenarnya yang bodoh
adalah guru matematikanya sendiri, karena tidak mengajarkannya bagaimana cara
mengalikan bilangan-bilangan tersebut.
“Masa yang begitu saja kamu tidak
bisa!” bentak guruku ketika aku bertanya. (2007:17)
Dari pernyataan di atas, tampak kekerasan yang dilakukan
oleh seseorang yang di anggap pahlawan tanpa tanda jasa, ia seenaknya
memperlakukan muridnya. Seharusnya kata-kata seperti itu tidak layak keluar
dari mulut seorang pendidik.
“Sepulang sekolah, ayahnya melihat
nilai nol yang dia dapat. Alisnya berkerut dan mendadak ayahnya mengajarnya
dengan buku catatan. Mula-mula buku itu menampar kepalanya, kemudian ayahnya melempar catatannya
dengan keras ke arah kepalanya. Setelah puas memukuli, memarahi serta
mencacinya, ia diizinkan ke kamar.” ( 2007: 7).
Itulah sikap orang tua dunia suka seenaknya memukuli anak kandungya
sendiri, tanpa mendengarkan penjelasan dari dunia mengapa ia mendapatkan nilai
nol. Kemudian Duniya bertemu dengan Sihar yang merupakan anak dari teman
ayahnya. Ketika mereka pertama kali bertemu Sihar meminta agar Duniya menjadi
adiknya, karena ia tidak mempunya adik perempuan. Setiap hari Sihar selalu
menemui Duniya untuk mengajak bermain. Sihar sangat menjaga dan menyayangi
Duniya sehingga tidak ada satu orangpun yang boleh menyakiti Duniya. Hingga
pada suatu saat, Sihar pindah ke Jogja sedangkan Duniya pindah ke Bandung.
Kemudian, Duniya dan Sinar bikin janji, yaitu “janji atas nama Allah, bahwa
kita berdua akan berusaha untuk bertahan hidup sampai kita jumpa lagi. Sampai
aku cukup kuat untuk menjaga duniya, sampai aku cukup besar untuk menemui
Duniya kembali. Gimana ?”
“Kita berjumpa di mana?”
“Di sini, di Masjid ini.”
“Kalau masjidnya sudah hilang
gimana?’ kalau kompleks tempatku tinggal digusur, mungkin saja suatu hari
masjid inipun akan digusur.”
“Biar saja,” Sihar menjawab dengan
terang, lalu melanjutkan ucapannya dengan penuh percaya diri,“ masjid ini
adalah kenangan kita. Di dalam hati kita, Masjid ini nggak akan pernah hilang,
benar kan?”
“Setelah membuat janji bersama,
Sihar menyebutkan bahwadia menyukai Niya, dan menurut Niya Sihar adalah cinta
pertamanya.“ (2007:143).
Waktu terasa begitu cepat , Sihar dan Duniya telah menjadi
orang yang dewasa. Saat itu Duniya berusia 25 tahun dan Sihar berusia 28 tahun.
Mereka dipertemukan kembali di Masjid Al-Hadid. Di tempat janji yang mereka
bikin beberapa tahun yang lalu. Tiga bulan setelah bertemu, kemudian Sihar
melamar Duniya.
Kekerasan orang tua terhadap anak sebenarnya juga masuk ke
dalam kategori kekerasan dalam rumah tangga..Duniya
mengalami berbagai konflik baik konflik internal maupun eksternal. Konflik yang
dialami oleh Duniya adalah konflik yang cukup rumit yang seharusnya tidak
dialami oleh anak seusianya. Kepribadian
dan Sikap Tokoh Duniya dalam Menghadapi Permasalahan hidup. Tokoh
Duniya memiliki sikap tangguh dan tegar dalam menghadapi berbagai permasalahan
hidup.
Hal
itu dibuktikan dengan kutipan di bawah ini.
”Aku meringis kesakitan dan menahan diri untuk tidak menangis.” (2007:
9)
”Walau
hukuman karena pergi ke kolam buaya putih sangat menyakitkan, tapi aku tetap
merasa bahagia bisa melakukan perjalan bersama Sihar. Bagiku, pergi bermain
dengan Sihar seperti melakukan penjelajahan alam liar dan melihat berbagai
hal.” (2007: 42).
Tampak sikap
Duniya yang tangguh dan tegar dalam menghadapi hukuman dari kedua orang tuanya.
Rasa sakit yang dialami tetap dapat ia tahan. Sebagai seorang anak ia tergolong
tangguh, mampu menahan tangis padahal sakit yang ia rasakan sebenarnya sangat
menyiksa. ketangguhan dan ketegaran itu semakin terbukti ketika ia masih tetap
merasakan kebahagiaan setelah mendapat hukuman yang menyakitkan karena bermain
bersama Sihar. Tokoh Duniya memiliki sikap yang optimis dan bersemangat. Sikap
ini menunjukkan bahwa Duniya seorang anak yang kuat menatap masa depan dan
menjalani kehidupannya yang beriringan dengan kekerasan.
“Setelahnya aku mengetahui kalau guruku
di kelas tiga tidak menyukaiku karena menganggap aku tidak pernah serius
belajar, selalu bermain, dan menjawab soal tidak sesuai metode. Tapi, ketika
aku di kelas empat, pada cawu pertama aku berhasil meraih rangking tiga, dengan
nilai rata-rata delapan. Itu terjadi ketika kepala sekolah yang lama diganti
dengan kepala sekolah yang baru”. (2007: 74).
”Aku
mencari, sampai jauh menelusuri. Kakiku melangkah sampai penat. Walau terik
mentari menyengat kulitku dan keringat sudah mengalir, aku tetap bersikeras
mencari. Aku tidak ingin kehilangan lagi, tidak ingin merasa sedih lagi.”
(2007: 120)
Duniya mempunyai
semangat dan optimisme yang tinggi dalam menjalani hidup. Kutipan pertama
menjelaskan bahwa meskipun di kelas tiga Duniya hampir saja tidak naik kelas,
tetapi ia tetap bersemangat dalam belajar sehingga setelah duduk di kelas empat
ia berhasil berada di peringkat tiga. Sikap bersemangat semakin terlihat pada
saat ia mengejar si gila dalam kutipan dua.
Berbagai
guncangan dan kekerasan hidup yang dialami membuat Duniya harus mampu bertahan.
Hal ini membentuk sikap tidak mudah jera dalam diri Duniya. Sikap tidak mudah
jera yang dimilikinya bukan dalam hal menghadapi sikap orang tuanya, tetapi
ketika menyikapi hal asing bersama teman sepermainannya, nampak dalam kutipan
berikut. ”Nggak kapok juga, Niya?” tanya Dini yang mengikuti dari belakang.
Sesekali Dini melihat ke bawah, berjalan dengan hati-hati seperti tengah
meniti. Dini takut ada beling
mengenai kakinya. ”Nggak dong!” tegasku. Aku mengamati karing besar tersebut,
terikat demikian rapi. Tanganku segara berusaha untuk mengutak-atik ikatannya.”
(2007: 20).
Kutipan
di atas adalah suasana ketika Duniya bermain bersama Dini di tempat penampungan
sampah. Sehari sebelumnya Duniya menemukan cincin yang dianggap telah membuat
sial, tapi dia tidak jera. Duniya tetap kembali ke tempat penampungan sampah
dengan tujuan yang sama, yaitu mencari barang-barang yang dianggap menarik. Hal
yang ditulis dalam kutipan di atas adalah bukti bahwa Duniya tidak jera untuk
berpetualang.
Duniya tumbuh
menjadi anak yang memiliki empati terhadap orang lain. Ia selalu dapat
merasakan kesedihan yang dirasakan orang lain dan bahkan selalu berusaha
mencari solusi atas kesedihan yang dirasakan orang lain. Dalam novel ini
diceritakan bahwa Duniya sering mengalami kesedihan, hal ini ikut membentuk
sikap empati dalam dirinya. Sikap empati yang dirasakan terlihat dalam beberapa
kutipan di bawah ini, yaitu empati terhadap Dini, Si Gila,dan Sihar.
”Melihat
kondisinya, aku jadi iba. jadi kukatakan padanya untuk jangan khawatir dan aku
akan menyampaikan pada ustazah bahwa Dini tidak bisa masuk karena
flu....”(2007: 23) ”.
“…Pasti
tidak enak ya jadi orang gila. semua serba-kotor. Tidur juga di sini. Apa kamu
nggak kedinginan? Ehm... di rumah kayaknya ada selimut yang nggak dipakai.
Nanti aku minta sama Mama, mungkin dia akan ngasih. Biar kamu nggak kedinginan
lagi,” aku masih menyerocos tidak keruan.” (Hlm: 34)
”Air mataku mendadak jatuh ke pipi, aku tidak
bisa menahannya. Di dalam dadaku, seperti ada bendungan yang jebol menghantam semua
kepedihanku. Ini kali pertama aku menangis sesenggukan tanpa sebab.”(2007:
104)
Beberapa kutipan
di atas membuktikan bahwa tokoh ini mempunyai sikap empati yang sangat tinggi.
Duniya berempati ketika Dini sahabatnya terkena flu, sebagai wujud dari sikap
itu kemudian ia berinisiatif memintakan ijin kepada ustazah. Empati nampak lagi
ketika Duniya melihat orang gila yang hidup menderita. seorang anak seusia dia
biasanya tidak akan terlalu peduli terhadap hal yang dialami orang lain,
terlebih lagi orang gila. Akan tetapi, Duniya justru berkeinginan memberikan
selimut pada si gila.Terhadap Sihar, Duniya berempati ketika mendapati
sahabatnya itu lebam karena dipukuli. Enam kutipan di atas adalah bukti yang
kuat bahwa tokoh Duniya memiliki rasa empati yang tinggi.
Duniya
sebagai seorang anak tentu saja tidak luput dari kesalahan. Kutipan di bawah
ini menunjukkan bahwa tokoh Duniya dalam
novel ini memiliki sikap terpuji yaitu bersedia mengakui kesalahan, meskipun
dalam kasus ini sebenarnya bukan murni kesalahannya. Orang tua Luki datang ke
rumah Duniya menyerahkan uang sebagai ganti rugi biaya pengobatan kecelakaan
untuk Duniya. Mereka juga meminta maaf karena menurut mereka Lukilah yang
menyebabkan Duniya kecelakaan. Duniya menunjukkan sikap bersedia mengakui
kesalahan dengan mengatakan bahwa dalam kecelakaan ini dialah yang bersalah,
bukan Luki. Pengakuan yang diberikannya itu membuat mama Luki terharu dan menganggap
bahwa anaknya beruntung memiliki teman seperti Duniya.
Profil Penulis:
Fatimah B. Darmawi, biasa dipanggil Ipat. Gadis kelahiran belakang Padang, Batam, 02 Februari
1990 ini mempunyai Hobby membaca, dengarin musik dan shopping. Gadis yang
kuliah di Universitas Negeri Padang jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
ini juga mempunyai cita-cita menjadi penulis terkenal. Gadis ini merupakan
tamatan dari SMA 2 Batam yang merupakan anak ke-5 dari Ibu Rosneli.
0 Komentar:
Posting Komentar