Sabtu, 17 Desember 2011

Essay 10 (Kritik Sastra)



CINTA DAN KEKERASANDALAM DUNIA DUNIYA
Oleh Fatimah B. Darmawi

CINTA adalah perasaan istimewa yang dianugerahkan kepada manusia. Cinta menghidupkan jiwa. Cinta menjadikan seseorang bahagia dan merana pada masa yang sama. Setiap manusia berhak merasakan cinta. Baik itu cinta pada Tuhan, orang tua, teman ataupun lawan jenis. Karena manusia adalah mahkluk social yang tidak dapat hidup sendiri dan butuh cinta dan kasih saying dari orang lain. Cinta yang terdapat dalam novel Dunia Duniya ini yaitu cinta seorang anak terhadap orang tuanya, teman akrabnya Sihar, dan juga orang-orang disekitarnya. Sihar  adalah teman lelakinya, tetapi umur Sihar tiga tahun lebih tua dari Duniya, sehingga Sihar telah menganggap Duniya sebagai adiknya sendiri.

Selain itu, dalam novel Dunia Duniya juga berbicara tentang Child abuse atau biasa disebut kekerasan terhadap anak yang sebenarnya sering terjadi disekitar kita. Orang tua kadang menganggap anak adalah hak milik yang boleh dipukul dan disakiti, tanpa memikirkan bahwa hati seorang anak dapat menjadi kelabu karena perlakuan tersebut.
Dunia dan Sihar adalah tokoh cerita yang terdapat di novel Dunia Duniya ini tentang kekerasan dari orang tuanya. Kedua tokoh ini sebagai contoh dari kejadian yang sebenarnya, yang banyak kita temukan disekitar kita. Walau sudah banyak kasus yang berhasil dibawa ke pihak berwajib, penyiksaan terhadap anak anehnya selalu terjadi dalam lingkungan masyarakat. Anak menjadi seperti bantalan tinju untuk melampiaskan kekesalan orang tua. Dengan mengatasnamakan pengetahuan cara mendidik anak, pukulan dan cubitan menjadi pandangna yang wajar, padahal jelas kita ketahui itu sangat tidak wajar.
Duniya, gadis kecil yang mengalami Child abuse ( kekerasan dalam rumah tangga) berusaha hidup normal, dan belajar bahwa menjadi bodoh itu kutukan. Orang tua dunia tidak ingin mendengar kenapa Duniya mendapat nilai merah, tidak ingin mendengar alasan Duniya mengambil mangkok Mama yang sudah tidak dipakai lagi. Mereka hanya ingin Duniya bersikap benar versi mereka, dan tidak mendatangkan masalah, itu sebabnya mereka menghadiahkan pukulan dan cubitan pada gadis kecil itu. Dunia tidak mengerti. Duniya tidak begitu memahami isi dunia ataupun segala macam prasangka. Tapi, apa yang orang tua duniya lakukan membuat gadis kecil itu mulai mempertanyakan banyak hal. Dan kenapa hal seperti itu terjadi pada dirinya. Tapi ternyata Duniya tidak sendiri. Sihar dan Mutashor juga diperlakukan seperti itu oleh orang tuanya. Sihar adalah cowok dengan gigi Kelinci dan rambut potongan ABRI. Berbeda usia dengan Duniya tiga tahun. Berandalan yang dikenal membakar rumah, mencoret-coret dinding, tidak disukai banyak orang dewasa. Bertemu Duniya ketika berkunjung ke rumah gadis itu, keduanya bersahabat. Mutasor adalah anak laki-laki yang suka ngomong jorok, tapi setia kawan. Ketiganya berteman dengan cara yang unik, ketiganya ternyata memiliki masalah yang serupa, korban kekerasan pada anak. Dunia Duniya ini bercerita tentang hidup seorang anak menghadapi masalahnya dan berfikir dengan caranya. Bertahan hidup untuk menjadi dewasa di bawah kekerasan rumah tangga.
Sepertinya sudah menjadi kebiasaan sebagian orang tua. Cara yang buruk dalam mendidik anak saat melihat anak melakukan kesalahan, atau ketidakpatuhan, orang tua memang sering dibuat jengkel. Secara refleks, karena emosi, orang tuasering bermaksud menasehati, tapi diucapkan dengan nada tinggi. Kebiasaan ini juga sering dilakukan oleh orang tua yang temperamental. Menasehati anak dengan bentakan akan mengakibatkan anak tumbuh menjadi pribadi yang minder, tertutup bahkan pemberontak. Ia pun bisa menjadi temperamental dan meniru kebiasaan orangtuanya, suka membentak.
Duniya, tokoh utama dalam novel ini adalah seorang perempuan yang melewati masa kecil hingga remaja dengan berbagai pengalaman pahit. Masa tersebut ia lewati dengan tekanan batin dan tekanan psikologis yang dia alami dilingkungan sekitarnya. Ia sering mendapatkan kekerasan atau penyiksaan dari orang tuanya. Bukan hanya orangtuanya, tetapi juga guru di sekolahnya. Guru yang salah mendidik anak didiknya. Kata gurunya ia bodoh karena tidak bisa mengalikan angka dalam pelajaran matematika. Tetapi, sebenarnya yang bodoh adalah guru matematikanya sendiri, karena tidak mengajarkannya bagaimana cara mengalikan bilangan-bilangan tersebut.
“Masa yang begitu saja kamu tidak bisa!” bentak guruku ketika aku bertanya. (2007:17)
Dari pernyataan di atas, tampak kekerasan yang dilakukan oleh seseorang yang di anggap pahlawan tanpa tanda jasa, ia seenaknya memperlakukan muridnya. Seharusnya kata-kata seperti itu tidak layak keluar dari mulut seorang pendidik.
“Sepulang sekolah, ayahnya melihat nilai nol yang dia dapat. Alisnya berkerut dan mendadak ayahnya mengajarnya dengan buku catatan. Mula-mula buku itu menampar kepalanya, kemudian ayahnya melempar catatannya dengan keras ke arah kepalanya. Setelah puas memukuli, memarahi serta mencacinya, ia diizinkan ke kamar.” ( 2007: 7).
Itulah sikap orang tua dunia suka seenaknya memukuli anak kandungya sendiri, tanpa mendengarkan penjelasan dari dunia mengapa ia mendapatkan nilai nol. Kemudian Duniya bertemu dengan Sihar yang merupakan anak dari teman ayahnya. Ketika mereka pertama kali bertemu Sihar meminta agar Duniya menjadi adiknya, karena ia tidak mempunya adik perempuan. Setiap hari Sihar selalu menemui Duniya untuk mengajak bermain. Sihar sangat menjaga dan menyayangi Duniya sehingga tidak ada satu orangpun yang boleh menyakiti Duniya. Hingga pada suatu saat, Sihar pindah ke Jogja sedangkan Duniya pindah ke Bandung. Kemudian, Duniya dan Sinar bikin janji, yaitu “janji atas nama Allah, bahwa kita berdua akan berusaha untuk bertahan hidup sampai kita jumpa lagi. Sampai aku cukup kuat untuk menjaga duniya, sampai aku cukup besar untuk menemui Duniya kembali. Gimana ?”
“Kita berjumpa di mana?”
“Di sini, di Masjid ini.”
“Kalau masjidnya sudah hilang gimana?’ kalau kompleks tempatku tinggal digusur, mungkin saja suatu hari masjid inipun akan digusur.”
“Biar saja,” Sihar menjawab dengan terang, lalu melanjutkan ucapannya dengan penuh percaya diri,“ masjid ini adalah kenangan kita. Di dalam hati kita, Masjid ini nggak akan pernah hilang, benar kan?”
“Setelah membuat janji bersama, Sihar menyebutkan bahwadia menyukai Niya, dan menurut Niya Sihar adalah cinta pertamanya.“ (2007:143).
Waktu terasa begitu cepat , Sihar dan Duniya telah menjadi orang yang dewasa. Saat itu Duniya berusia 25 tahun dan Sihar berusia 28 tahun. Mereka dipertemukan kembali di Masjid Al-Hadid. Di tempat janji yang mereka bikin beberapa tahun yang lalu. Tiga bulan setelah bertemu, kemudian Sihar melamar Duniya.
Kekerasan orang tua terhadap anak sebenarnya juga masuk ke dalam kategori kekerasan dalam rumah tangga..Duniya mengalami berbagai konflik baik konflik internal maupun eksternal. Konflik yang dialami oleh Duniya adalah konflik yang cukup rumit yang seharusnya tidak dialami oleh anak seusianya.  Kepribadian dan Sikap Tokoh Duniya dalam Menghadapi Permasalahan hidup. Tokoh Duniya memiliki sikap tangguh dan tegar dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
Hal itu dibuktikan dengan kutipan di bawah ini.  ”Aku meringis kesakitan dan menahan diri untuk tidak menangis.” (2007: 9) 
”Walau hukuman karena pergi ke kolam buaya putih sangat menyakitkan, tapi aku tetap merasa bahagia bisa melakukan perjalan bersama Sihar. Bagiku, pergi bermain dengan Sihar seperti melakukan penjelajahan alam liar dan melihat berbagai hal.” (2007: 42).
Tampak sikap Duniya yang tangguh dan tegar dalam menghadapi hukuman dari kedua orang tuanya. Rasa sakit yang dialami tetap dapat ia tahan. Sebagai seorang anak ia tergolong tangguh, mampu menahan tangis padahal sakit yang ia rasakan sebenarnya sangat menyiksa. ketangguhan dan ketegaran itu semakin terbukti ketika ia masih tetap merasakan kebahagiaan setelah mendapat hukuman yang menyakitkan karena bermain bersama Sihar. Tokoh Duniya memiliki sikap yang optimis dan bersemangat. Sikap ini menunjukkan bahwa Duniya seorang anak yang kuat menatap masa depan dan menjalani kehidupannya yang beriringan dengan kekerasan.
“Setelahnya aku mengetahui kalau guruku di kelas tiga tidak menyukaiku karena menganggap aku tidak pernah serius belajar, selalu bermain, dan menjawab soal tidak sesuai metode. Tapi, ketika aku di kelas empat, pada cawu pertama aku berhasil meraih rangking tiga, dengan nilai rata-rata delapan. Itu terjadi ketika kepala sekolah yang lama diganti dengan kepala sekolah yang baru”. (2007: 74).
”Aku mencari, sampai jauh menelusuri. Kakiku melangkah sampai penat. Walau terik mentari menyengat kulitku dan keringat sudah mengalir, aku tetap bersikeras mencari. Aku tidak ingin kehilangan lagi, tidak ingin merasa sedih lagi.” (2007: 120)
Duniya mempunyai semangat dan optimisme yang tinggi dalam menjalani hidup. Kutipan pertama menjelaskan bahwa meskipun di kelas tiga Duniya hampir saja tidak naik kelas, tetapi ia tetap bersemangat dalam belajar sehingga setelah duduk di kelas empat ia berhasil berada di peringkat tiga. Sikap bersemangat semakin terlihat pada saat ia mengejar si gila dalam kutipan dua.
Berbagai guncangan dan kekerasan hidup yang dialami membuat Duniya harus mampu bertahan. Hal ini membentuk sikap tidak mudah jera dalam diri Duniya. Sikap tidak mudah jera yang dimilikinya bukan dalam hal menghadapi sikap orang tuanya, tetapi ketika menyikapi hal asing bersama teman sepermainannya, nampak dalam kutipan berikut. ”Nggak kapok juga, Niya?” tanya Dini yang mengikuti dari belakang. Sesekali Dini melihat ke bawah, berjalan dengan hati-hati seperti tengah meniti. Dini takut ada beling mengenai kakinya. ”Nggak dong!” tegasku. Aku mengamati karing besar tersebut, terikat demikian rapi. Tanganku segara berusaha untuk mengutak-atik ikatannya.” (2007: 20).     
            Kutipan di atas adalah suasana ketika Duniya bermain bersama Dini di tempat penampungan sampah. Sehari sebelumnya Duniya menemukan cincin yang dianggap telah membuat sial, tapi dia tidak jera. Duniya tetap kembali ke tempat penampungan sampah dengan tujuan yang sama, yaitu mencari barang-barang yang dianggap menarik. Hal yang ditulis dalam kutipan di atas adalah bukti bahwa Duniya tidak jera untuk berpetualang.         
Duniya tumbuh menjadi anak yang memiliki empati terhadap orang lain. Ia selalu dapat merasakan kesedihan yang dirasakan orang lain dan bahkan selalu berusaha mencari solusi atas kesedihan yang dirasakan orang lain. Dalam novel ini diceritakan bahwa Duniya sering mengalami kesedihan, hal ini ikut membentuk sikap empati dalam dirinya. Sikap empati yang dirasakan terlihat dalam beberapa kutipan di bawah ini, yaitu empati terhadap Dini, Si Gila,dan Sihar. 
”Melihat kondisinya, aku jadi iba. jadi kukatakan padanya untuk jangan khawatir dan aku akan menyampaikan pada ustazah bahwa Dini tidak bisa masuk karena flu....”(2007: 23) ”.
“…Pasti tidak enak ya jadi orang gila. semua serba-kotor. Tidur juga di sini. Apa kamu nggak kedinginan? Ehm... di rumah kayaknya ada selimut yang nggak dipakai. Nanti aku minta sama Mama, mungkin dia akan ngasih. Biar kamu nggak kedinginan lagi,” aku masih menyerocos tidak keruan.” (Hlm: 34)
 ”Air mataku mendadak jatuh ke pipi, aku tidak bisa menahannya. Di dalam dadaku, seperti ada bendungan yang jebol menghantam semua kepedihanku. Ini kali pertama aku menangis sesenggukan tanpa sebab.”(2007: 104) 
Beberapa kutipan di atas membuktikan bahwa tokoh ini mempunyai sikap empati yang sangat tinggi. Duniya berempati ketika Dini sahabatnya terkena flu, sebagai wujud dari sikap itu kemudian ia berinisiatif memintakan ijin kepada ustazah. Empati nampak lagi ketika Duniya melihat orang gila yang hidup menderita. seorang anak seusia dia biasanya tidak akan terlalu peduli terhadap hal yang dialami orang lain, terlebih lagi orang gila. Akan tetapi, Duniya justru berkeinginan memberikan selimut pada si gila.Terhadap Sihar, Duniya berempati ketika mendapati sahabatnya itu lebam karena dipukuli. Enam kutipan di atas adalah bukti yang kuat bahwa tokoh Duniya memiliki rasa empati yang tinggi.
            Duniya sebagai seorang anak tentu saja tidak luput dari kesalahan. Kutipan di bawah ini  menunjukkan bahwa tokoh Duniya dalam novel ini memiliki sikap terpuji yaitu bersedia mengakui kesalahan, meskipun dalam kasus ini sebenarnya bukan murni kesalahannya. Orang tua Luki datang ke rumah Duniya menyerahkan uang sebagai ganti rugi biaya pengobatan kecelakaan untuk Duniya. Mereka juga meminta maaf karena menurut mereka Lukilah yang menyebabkan Duniya kecelakaan. Duniya menunjukkan sikap bersedia mengakui kesalahan dengan mengatakan bahwa dalam kecelakaan ini dialah yang bersalah, bukan Luki. Pengakuan yang diberikannya itu membuat mama Luki terharu dan menganggap bahwa anaknya beruntung memiliki teman seperti Duniya.

Profil Penulis:
Fatimah B. Darmawi, biasa dipanggil Ipat. Gadis kelahiran belakang Padang, Batam, 02 Februari 1990 ini mempunyai Hobby membaca, dengarin musik dan shopping. Gadis yang kuliah di Universitas Negeri Padang jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia ini juga mempunyai cita-cita menjadi penulis terkenal. Gadis ini merupakan tamatan dari SMA 2 Batam yang merupakan anak ke-5 dari Ibu Rosneli. 

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog