Sabtu, 17 Desember 2011

Essay 14 (Kritik Sastra)



BUDAYA  MELAYU DALAM LASKAR PELANGI
Oleh Hervi Jayanda

DIANGKAT dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin di Belitung. Dalam novel ini banyak sekali nilai dan pesan moral yang terkandung, misalnya nilai keagamaan, nilai sosial, kedisiplinan, kepemimpinan, dan lain-lain. 
Andrea Hirata dalam Laskar Pelanginya telah memuat dan mengungkap unsur-unsur budaya Melayu. Budaya-budaya tersebut dipertontonkan olehnya dari dunia nyata masyarakat Melayu yang tidak terjangkau oleh masyarakat pembaca menjadi suatu tulisan yang sampai kepada mereka. Sehingga dengan semua itu, masyarakat pembaca sedikit banyak dapat memperoleh pengetahuan mengenai seluk-beluk adat-istiadat masyarakat Melayu.
Sebagai contoh, Andrea menulis dalam karya pamungkasnya, mengenai karakteristik masyarakat yang mendiami pulau Belitong. Dia menjelaskan mengenai karakteristik masyarakat Ho Pho, Sawang, Khek, Hokian, Tongsang, dan masyarakat Melayu sendiri.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa jumlah budaya (adat-istiadat dan tradisi) Nusantara yang lahir dan berkembang dari dulu sampai sekarang begitu banyak. Namun, tidak semua masyarakat dapat mengetahui setiap budaya yang tersebar di seluruh Indonesia itu karena minimnya media publikasi yang dilakukan oleh para pemilik budaya tersebut. Maka dari itu, sangat diperlukan pengeksplorasian budaya suatu bangsa untuk disebarkan ke masyarakat luas agar semua masyarakat dapat mengetahuinya, salah satunya melalui karya sastra, seperti halnya kita dapat dapat memperluas wawasan mengenai masyarakat Melayu melalui karya-karya Andrea Hirata (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov).
Kekayaan budaya Melayu dalam Laskar Pelangi yang perlu diangkat ke permukaan sebagai jati diri bangsa adalah kearifan lokal. Kearifan lokal dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijaksanaan setempat ‘local wisdom’, pengetahuan setempat ‘local knowledge’, atau kecerdasan setempat ‘local genious’. Kearifan lokal merupakan pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Kearifan lokal yang terdapat di berbagai daerah tersebut seharusnya diangkat dan dihargai sebagai salah satu acuan nilai dan norma untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini. Kearifan lokal merupakan energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup di atas nilai yang membawa kelangsungan hidup yang berperadaban, hidup damai, hidup rukun, hidup bermoral, hidup saling asah, asih, dan asuh. Hidup dalam keragaman, hidup penuh maaf dan pengertian, dan lain-lain. Kearifan lokal merupakan adat atau kebiasaan yang telah mentradisi, yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun-temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat hukum adat dalam suatu wilayah di Indonesia ini, seperti halnya Subak di Bali, bera di Kalimantan, dan lain-lain. Tradisi tersebut lahir dan berkembang dari generasi ke generasi, seolah-olah bertahan dan berkembang dengan sendirinya. Selain itu, kearifan lokal yang diungkap bisa juga berbentuk bahasa suatu daerah, cara bertutur, kebiasaan, dan masih banyak lagi yang mencirikhaskan suatu komunitas atau daerah.


Profil Penulis:



Hervi Jayanda lahir di Lansat Kadap Kec. Rao selatan Kabupaten Pasaman pada Tanggal 28 Oktober 2010, setelah menamatkan SD di SDN 58 Rambah Kec. Rao Selatan, melanjutkan ke SMPN 03 Simp. Lansat Kadap, setelah tamat di terima di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 01 Lubuk Sikaping Kab. Pasaman. Setelah tamat mendapat kesempatan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Padang Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog