Sabtu, 17 Desember 2011

Essay 28 (Kritik Sastra)



HARI KIAMAT ALA SIDNEY SHELDON
Oleh Avinda Noviana

HARI kiamat diartikan sebagai hari berakhirnya kehidupan makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Pada hari kiamat seluruh makhluk ciptaan Tuhan akan kembali kepada sang pencipta dan mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang pernah dilakukan selama hidup di dunia. Bagi makhluk yang menjalani kehidupan di dunia melakukan perbuatan yang baik dan memiliki banyak amal maka ia akan mendapatkan balasan surga yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan, sebaliknya bagi makhluk yang selama hidup di dunia banyak melakukan kerusakan dan memiliki banyak dosa tanpa mau bertobat, maka ia akan mendapatkan balasan neraka yang penuh dengan kesengsaraan melebihi kesengsaraan hidup di muka bumi ini.

Essay 27 (Kritik Sastra)



KEMARAU DALAM KEMARAU
Oleh Rahmah

KEMARAU bukan hanya sebagai simbol tidak turun-turunnya hujan beberapa bulan, yang telah membuat sebuah perkampungan menjadi rengkah dan kering yang butuh akan tetesan air hujan, tetapi kemarau juga bisa dianalogikan sebagai kehidupan yang menandakan bagaimana suatu perkampungan tersebut yang penduduknya kurang dari agama dan pendidikan. Mereka keras kepala dan susah untuk dinasehati, mereka berbondong-bondong mendatangi mesjid bukan ketulusan hati untuk mendengarkan pengajian, tetapi karena melihat orang yang menyampaikan pengajian. Itulah kiranya A. A Navis terinspirasi mengangkat judul bukunya dengan Kemarau.
Buku ini mengangkat tema kehidupan yang A. A Navis membicarakan kehidupan orang-orang menghadapi kemarau panjang. Yang mereka banyak berputus asa dalam menghadapi kemarau panjang tersebut. Buku yang mengisahkan sebuah kehidupan orang Minangkabau yang pemikiran pada umumnya masih belum maju. Mereka masih percaya kepada ramalan-ramalan, dan perdukunan. Mereka berfikir hal-hal tersebut bisa membantu mereka dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi, walaupun sebenarnya perdukunan itu tidak sedikitpun bisa membantu mereka.

Essay 26 (Kritik Sastra)



CINTA, SEKS, DAN AGAMA DALAM SAMAN KARYA AYU UTAMI
Oleh Fitria Mailisda

KARYA sastra membicarakan manusia dengan segala kompleksitas persoalan hidupnya, maka antara karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman manusia, baik dari aspek manusia yang memanfaatkannya bagi pengalaman hidupnya, maupun dari aspek penciptanya, mengekspresikan pengalaman batinnya ke dalam karya sastra.
Karya sastra merupakan pengalaman batin penciptanya mengenai kehidupan masyarakat dalam kurun waktu dan situasi budaya tertentu. Dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan, serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh cerita. Sastra mempersoalkan manusia dalam berbagai kehidupannya. Karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayaan serta zamannya.

Essay 25 (Kritik Sastra)



MITOS DAN REALITA DALAM BILANGAN FU
Oleh Nardia Susanti

SEBAGAI novel yang padat dan berat, novel Ayu Utami ini memerlukan sedikit pemikiran untuk mencernanya. Namun dengan gaya penulisan bahasa dan sastra yang mengunakan kalimat-kalimat pendek, Ayu tidak kehilangan kelincahannya. Sehinga memudahkan pembaca untuk memahami maksud Ayu dalam novel ini.
Bilangan Fu dan Hu adalah bukti sikap kritis Ayu Utami dalam hal mitos dan tahayul yang sudah begitu mengakar dalam masyarakat disekitar hutan kawasan perbukitan Gamping Sewugunung, terpelihara oleh kepercayaan lokal atau tahayul, kepercayaan akan roh-roh, mambang, demid, siluman mencegah manusia melakukan perusakan pada alam, tapi Ayu Utami menyodorkan pemanjat bersih dan pemanjat suci seperti yang diinginkan oleh Parang Jati yang dianut Yuda.

Essay 24 (Kritik Sastra)



MORALITAS DALAM SAMAN
Oleh Asyari Rahmad
           
KELUASAN pengarang dalam menuangkan ide dalam bahasa yang lues, kemungkinan dipengaruhi oleh pandangan betapa ambigu  sesungguhnya moralitas itu, seperti yang terdapat dalam “Saman”. Perselingkuhan, tugas pastoral yang suci, percintaan yang sembunyi-sembunyi yang tidak dapat didudukkan pada sebuah “kursi” moralitas yang hitam dan putih.
            Hubungan seks yang begitu sakral bagi masyarakat kita, yang hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah memiliki ikatan perkawinan. Begitu pula seharusnya seorang yang sudah menikah harus setia pada pasanagannya. Namun dalam menagnalisis Novel Saman akan kita temukan penyimpangan-penyimpangan hal tersebut. Sebahagian tokohnya memberontak pada otorita moral yang diwakili orang tua, pemuka agama dan lain-lain. Tokoh Layla menyebutnya dengan sebuah metafora” seperti burung-burung yang kawin pada saatnya lalu terbang saja pada saatnya lalu terbang begitu saja tampa meninggalkan dosa”.
            “Tapi apakah aku berdosa”, demikian pernyataan Yasmin pada “Saman” setelah perselingkuahan yang  mereka lakukan yang terjadi begitu saja seperti sebuah kecelakaan. Dijawab Saman dengan sebuah ungkapan yang skeptis tentang dosa, sebagaimana yang digambarkan di bawah ini.
            Aku tidak tahu apakah aku masih ada dosa.

Essay 23 (Kritik Sastra)



PERJALANAN ISLAM BUMI CINTA
Oleh Marlina Susanti

DALAM novel Bumi Cinta ini menceritakan tentang pembangunan jiwa seorang hamba Allah swt bernama Muhammad Ayyas yang ingin melakukan penelitian bersama Profesor Tomskii sebagai dosen pambimbingnya di Rusia ibukota Moskwa  yaitu negeri paling menjunjung tinggi seks bebas dan pornografi. Di Rusia Ayyas dicarikan sebuah apartemen oleh temannya Devid, di The White Residence yang terletak tepat pada jantung ibukota  Moskwa agar Ayyas lebih mudah berpergiaan di Moskwa tapi alangkah kagetnya Ayyas saat dia tahu apartemen tempat dia tinggal ternyata satu apartemen dengan dua orang gadis yang cantik jelita tapi tidak ada pilihan lain karena tempat ini satu-satunya tempat yang strategis dan terjangkau oleh Ayyas. Cewek yang satu apartemen dengan Ayyas itu bernama Yelena, dia bekerja disebuah agen pariwisata untuk melayani turis berekreasi di kota Moskwa dan Linor sebagai reporter tapi setelah berkenalan dengan kedua wanita tersebut Ayyas merasa tidak nyaman karena cara berpakaiaan mereka yang terbuka membuat Ayyas menjadi risih dan itu sangat menggagu iman Ayyas sebagai seorang muslim.

Essay 22 (Kritik Sastra)



PETA BUDAYA KEPENULISAN ANDREA HIRATA
Oleh Luthviyanti

SETIAP penulis tentu mempunyai gaya atau ciri khas kepenulisan masing-masing. Gaya kepenulisan setiap penulis tersebut tentu berbeda-beda, kalaupun ada yang sama, tapi tidak semuanya persis sama, dan itulah yang membedakan tiap-tiap penulis selain dari isi cerita yang disampaikan. Perbedaan ciri khas kepenulisan ini hampir sama dengan idiolek dalam variasi bahasa, yaitu setiap orang mempunyai gaya bicara yang berbeda-beda.
Gaya kepenulisan yang berbeda-beda itu pula yang membuat para penulis disukai, diminati, dan dicintai oleh pembacanya. Meskipun ceritanya bagus, tapi gaya kepenulisannya tidak bagus, belum tentu banyak orang yang menyukai cerita tersebut. Jika ceritanya biasa-biasa saja, tapi sang penulis mampu merangkai kalimat demi kalimat dengan gaya bahasa yang indah, maka dapat menarik minat orang-orang untuk membaca karya tersebut. Apalagi jika cerita yang bagus diiringi dengan gaya kepenulisan yang bagus, maka besar kemungkinan karya yang dihasilkan oleh penulis tersbut akan Best Seller.

Essay 21 (Kritik Sastra)



INDAHNYA GARAPAN CHAIRIL ANWAR
Oleh Ovan Pratama

PUISI Chairil Anwar selalu menggunakan metafora. Metafor bukanlah sekedar bentuk langsung semantic tertentu diantara bentuk lainnya, melainkan cara dasar kita bergaul dengan realitas. Dan metaforisitas ini berakar khususnya pada ketiadaan hubungan langsung yang murni dan pasti antara manusia dan alam maupun antara manusia dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, akar dari metaforisitas ini adalah kenyataan bahwa manusia merupakan mahkluk yang serba tidak lengkap dan bahwa rasionalitas manusia itu, kendati canggih, tidak pernah bisa dianggap sebagai cermin murni kenyataan, dan karena itu ia bukanlah sarana yang serba mampu dan memadai.
Penekanan pada peran sentral metaphor dalam proses penyusunan pengetahuan, tentu membawa penekanan pada pentingnya retorika sebagai seni mengolah bahasa, memperkaya wadah pengetahuan, dan mengeplorasi beragam cakrawala pengetahuan baru. Bila filsafat konfensional menganggap bahasa metaforis dan retorika lebih rendah ketimbang bahasa denotatif dan penalaran positivis yang logis ketat, justru secara radikal mengusulkan metafora dan retorika sebagai gelanggang utama tempat filsafat dapat mereposisi diri dan menata ulang wacananya.

Essay 20 (Kritik Sastra)



METAFORA DALAM NOVEL  LASKAR PELANGI
Oleh Dwi Yuniarsih

DALAM memperindah sebuah karya sastra, biasanya seorang penulis atau sastrawan sering menggunakan gaya bahasa perbandingan. Gaya bahasa itu dianggap dapat mengiaskan atau melukiskan suatu cerita sehingga menjadi indah dan menarik pembaca. Adapun salah satu gaya bahasa perbandingan yang cukup sering digunakan oleh penulis adalah majas metafora. Gaya bahasa metafora memiliki pengertian membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lain tanpa mempergunakan kata-kata hubung pembanding. Gaya bahasa dan kosakata mempunyai hubungan yang sangat erat, semakin banyak kosakata seseorang semakin beragam pula gaya bahasa yang dipakainya (Tarigan, 1985:5). Selain itu, seperti yang kita ketahui bahwa gaya bahasa mencakup semua jenis ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiah yang bisa berupa kata, frase, ataupun satuan sintaksis yang lebih luas (Hoed, 1992:15).

Essay 19 (Kritik Sastra)



MERANTAU DALAM NEGERI LIMA MENARA
Oleh Beta Rahmadani

KARYA sastra adalah suatu kerja kreatif manusia melalui imajinasi yang disalurkan ke dalam bentuk karya. Endraswara (2008), menyatakan karya sastra adalah fenomena yang penuh bunga-bunga dan aroma, karena karya sastra mengandung nilai estetika yang mengungkapkan suatu keindahan di dalamnya. Keindahan adalah ciptaan pengarang dengan seperangkat bahasa.
Keindahan adalah sebuah aplikasi dari intresa dan inscape. Intresa adalah pengaruh yang nyata dari tangan Tuhan terhadap ciptaan kreatif seorang sastrawan, sedangkan inscape adalah pemahaman atau kekuatan melihat sesuatu dengan pikiran dan hati sebagai suatu pundak realitas dalam sastra berdasarkan kebenaran Tuhan. Manusia belajar dari alam, dan manusia berguru kepada kehidupan. Tuhan telah menyuguhkan alam ke depan manusia, dan untuk selanjutnya manusia mengolahnya sesuai pengetahuan yang ia peroleh. Seorang sastrawan akan selalu melihat realita yang ada dilukiskan dalam sebuah karya sastra.

Essay 18 (Kritik Sastra)



JERITAN PALESTINA TERKUBURNYA KEBENARAN DAN KASIH SAYANG
Oleh Netri Febriani

NOVEL ini menceritakan begitu besar dan berartinya sebuah cinta dan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Saya mengharukan kisah sebuah keluarga yang kehilangan anak yang begitu ia sayangi. Dalam novel ini pengarang ingin menyampaikan bagaimana kehidupan warga Palestina disetiap harinya selalu diselimuti ketakutan akan penyerangan yang selalu menghujani disetiap saat, dan tiba-tiba oleh tentara Israel.
Saat tentara Israel menyerang desa Ein Hod di Palestina begitu banyak nyawa yang hilang sia-sia. Begitu mengerikan dan mengharukan saat kita membaca setiap lembar demi lembar, halaman demi halaman membuat air mata jatuh dan mengiris hati kita. Banyak anak-anak yang kehilangan kasih sayang orang tua mereka.

Essay 17 (Kritik Sastra)




BIDIKAN KEIKLASAN PERASAAN PEREMPUAN
DALAM KETIKA CINTA BERTASBIH
Oleh Jerry Syamarta

KEIKHLASAAN yang ditunjukan perempuan dalam novel ketika cinta bertasbih sangat luar biasa untuk kita bahas, kenapa tidak banyak pertanyaan yang mngkin akan terlempar apabila kita membicarakan hal tersebut dalam novel ini.
Novel cinta yang menjadikan islam landasan pemikiran dan keyakinannya ini sangat apik mengeluarkan luapan perasaaan iklas perempuannya (tokoh), contohnya adalah tokoh Ana. Ana sangat ingin sebenarnya menentukan calon pendampingnya sendiri, hal ini dibuktikan saat dia mulai menaruh hati terhadap Azzam, akan tetapi niatnya ini segera diurungkan karena sudah adanya orang lain yang ingin melamarnya, hal ini juga tidak terlepas dari permintaan kedua orang tuanya.

Essay 16 (Kritik Sastra)



MENGUPAS KISAH CINTA SEGITIGA
Oleh Marliza

KRITIK sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek sastra yang melakukan analisis penafsiran atau penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni. Di sini kita tauh kritik itu adalah analisis untuk menilai suatu karya, dan juga memiliki tujuan yang hendak kita capai. Tujuan yang sebenarnya adalah bukan untuk menunjukan keunggulan ataupun kelemahan benar atau salah sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu tetapi tujuan akhirnya mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra tertinggi mungkin juga mendorong pembaca untuk mengapresiasikan karya sastra lebih baik.
“Cinta adalah kekuatan yang mampu merubah duri menjadi mawar, mengubah cuka menjadi anggur, mengubah sedih menjadi ria, merubah amarah menjadi ramah,merubah musibah menjadi muhibah” itulah cuplikan-cuplikan puisi yang cukup indah dan bagus di dalam karya Habiburahim El Shirazy yang diangkat dari novel ini mengisahkan kehidupan seorang laki-laki yang cukup ganteng dan mempunyai kepribadian baik anaknya gigih,

Essay 15 (Kritik Sastra)



ATHEISME DALAM SASTRA

Oleh Vivi Yunita

SASTRA istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sesuatu yang dahulu kita anggap sebagai sesuatu yang hanya berhubungan dengan puisi dan prosa ternyata tidak sesederhana itu. Kita harus banyak menggali dan mempelajari lebih banyak lagi segala sesuatu yang berhubungan dengan sastra tersebut. Sastra dapat diibaratkan dengan samudra yang sangat luas, yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat mengukur kedalamannya dan memanfaatkan kekayaannya.
Sastra sebenarnya tidak dapat didefinisikan secara objektif. Hal ini mengembalikan definisi sastra kepada cara bagaimana seseorang memilih untuk membaca, bukan kepada sifat-sifat karya tertulis tersebut. Apakah benar bahwa sebagian besar karya-karya yang dikaji sebagai sastra di pusat-pusat kajian akademik diciptakan untuk dibaca sebagai sastra? Banyak yang sebenarnya tidak dibuat demikian. Sebuah karya mungkin bermula sebagai sejarah atau falsafah dan setelah itu digolongkan sebagai sastra. Atau, karya itu mungkin bermula sebagai sastra kemudian berfungsi lain karena disanjung nilai psikologisnya.

Essay 14 (Kritik Sastra)



BUDAYA  MELAYU DALAM LASKAR PELANGI
Oleh Hervi Jayanda

DIANGKAT dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin di Belitung. Dalam novel ini banyak sekali nilai dan pesan moral yang terkandung, misalnya nilai keagamaan, nilai sosial, kedisiplinan, kepemimpinan, dan lain-lain. 
Andrea Hirata dalam Laskar Pelanginya telah memuat dan mengungkap unsur-unsur budaya Melayu. Budaya-budaya tersebut dipertontonkan olehnya dari dunia nyata masyarakat Melayu yang tidak terjangkau oleh masyarakat pembaca menjadi suatu tulisan yang sampai kepada mereka. Sehingga dengan semua itu, masyarakat pembaca sedikit banyak dapat memperoleh pengetahuan mengenai seluk-beluk adat-istiadat masyarakat Melayu.

Essay 13 (Kritik Sastra)



MENYELAMI LAUTAN TERDALAM JIWA DALAM NAFSUL MUTHMAINNAH
Oleh Roza Maryunita

            NAFSUL Muthmainnah karya perempuan muda dari Lampung yang bernama Anfika Noer adalah sebuah novel yang mengungkapkan misteri terdalam hati manusia. Novel spiritual tentang rahasia cinta dua hati aktivis muslim ini, Hasbi dan Yumna, mewakili banyak hati yang terjadi di sekitar kita. Salah satunya mungkin adalah anda sendiri.
            Novel yang mengisahkan kehidupan dua orang muslim yang menjalankan tugasnya sebagai seorang mahasiswa sekaligus sebagai aktivis kampus tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Namun, siapa yang akan mengetahui misteri hati selain si pemilik hati itu sendiri dan yang menciptakan hati.
            Berawal dari pertemuan Hasbi dengan seorang Yumna di sebuah sidang membuat Hasbi bertanya-tanya siapa Yumna sebenarnya. Hasbi tersinggung dengan ucapan Yumna yang mengatakan “kalau ia belum lulus saja sudah jadi koordinator forum alumni LDK”.

Essay 12 (Kritik Sastra)



MENYIBAK MISTERI DALAM CALA IBI
Oleh Lidya

DUNIA sastra kembali digemparkan dengan lahirnya sebuah karya sastra yang mampu memberi keutuhan lingkaran sastra yang mulai memudar saat ini. Novel Cala Ibi sebagai novel sastra, merupakan terobosan baru yang mutlak harus dicatat dalam khazanah sastra kita. Novel Cala Ibi karya Nukila Amal ini, menyeruak dan menggetarkan sastra Indonesia. Cala Ibi telah menumpahkan warna baru dalam jagad sastra kita dan memiliki peluang besar untuk hadir sebagai karya sastra besar yang abadi dan universal. Sebuah ukiran kata yang tangkas, indah, bernas dengan kalimat-kalimat yang menjelma menjadi rangkaian aforisme atau sebuah pernyataan. Cala Ibi menggambarkan hakikat nama, peristiwa dan cerita, maya dan nyata, diri dan halusinasi, tapi juga mempermasalahkan hakikat kata dan bahasa itu sendiri.

Essay 11 (Kritik Sastra)



SAMAN DAN PENYIMPANGAN NILAI MORAL
Oleh Linda Fitri Yeni

KARYA sastra tidak terlepas dari masyarakat. Dan oleh sebab itu sastra dapat dianggap sebagai cerminan keadaan masyarakat. Sastra lahir dari proses imajinasi dari seorang pengarang, imajinasi timbul karena adanya fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Sasra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia, kehadirannya di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak bahkan kehadirannya diterima sebagai salah satu realitas budaya sehingga karya sastra saat ini tidak saja dinilai sebagai karya seni yang mengandung nilai-nilai yang terbungkus dalam imajinasi dan emosi penghayatan dari pengarang. Sastra sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual di samping konsumsi emosional.

Essay 10 (Kritik Sastra)



CINTA DAN KEKERASANDALAM DUNIA DUNIYA
Oleh Fatimah B. Darmawi

CINTA adalah perasaan istimewa yang dianugerahkan kepada manusia. Cinta menghidupkan jiwa. Cinta menjadikan seseorang bahagia dan merana pada masa yang sama. Setiap manusia berhak merasakan cinta. Baik itu cinta pada Tuhan, orang tua, teman ataupun lawan jenis. Karena manusia adalah mahkluk social yang tidak dapat hidup sendiri dan butuh cinta dan kasih saying dari orang lain. Cinta yang terdapat dalam novel Dunia Duniya ini yaitu cinta seorang anak terhadap orang tuanya, teman akrabnya Sihar, dan juga orang-orang disekitarnya. Sihar  adalah teman lelakinya, tetapi umur Sihar tiga tahun lebih tua dari Duniya, sehingga Sihar telah menganggap Duniya sebagai adiknya sendiri.

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog