MENGUNGKAPKAN MISTIS
DIBALIK SOSIOLOGI MELAYU
DALAM “MARYAMAH KARPOV”
Oleh Rahmadani B
MAYARAKAT Melayu
dikenal dengan masyarakat yang memiliki sifat ramah, mudah bergaul dengan orang
lain. Masyarakat Melayu merupakan
masyarakat yang memiliki adat dan
tradisi. Selain itu orang-orang Melayu juga teguh memegang adat dan tradisinya,
meskipun pada masa sekarang ini adat dan tradisi tersebut sudah mulai pudar
karena globalisasi. Selain keramahtamahan
yang dimiliki masyarakat Melayu, dalam kehidupan sosialnya juga terdapat
unsur-unsur mistis yang cukup besar pengaruhnya. Seperti yang terdapat dalam “Maryamah Karpov” sebuah novel karya
Andrea Hirata.
Maryamah Karpov menceritakan kisah
Ikal, seorang pemuda Melayu dari Belitung. Keberanian dan keteguhan hati telah
membawa Ikal pada pada banyak tempat dan peristiwa. Sudut-sudut dunia telah dia
kunjungi demi menemukan A Ling, seorang gadis yang merupakan cinta pertamanya.
Apapun Ikal lakukan demi perempuan itu. Keberaniannya ditantang ketika
tanda-tanda keberadaan A Ling tampak. Dia tetap mencari meski tanda-tanda itu
masih samar. Hingga akhirnya perjuangannya mencari A Ling membuahkan hasil. Ia
menemukan gadis pujaan hatinya itu. Namun kisah ini berujung kekecewaan karena
Ayah Ikal tidak menyetujui niatnya untuk melamar A Ling.
Dalam kehidupan sosial masyarakat Melayu
yang merupakan tema dalam kisah “Maryamah Karpov” terselip hal-hal mistis. Hal ini awalnya dapat dilihat dari
kisah perjalanan tokoh (Ikal) dan
Mahar dalam pencarian A Ling. Di dalamnya
pengarang memaparkan bahwa tokoh Mahar merupakan tokoh yang identik dengan
mistis. Mahar merupakan sahabat Ikal yang sejak SMP bercita-cita menjadi orang
sakti. Cita-cita itu tidak pernah berubah. Mahar hanya suka sedikit bicara. Hal
itu ia lakukan demi mendalami ilmu-ilmu gaib yang sedang dianutnya. Mahar
mengikuti jejak idolanya yaitu Tuk Bayan Tula, seoprang dukun tersohor yang
paling ditakuti.
Mistik adalah pengetahuan
yang tidak rasional. Adapun pengertian mistik bila dikaitkan dengan agama ialah
pengetahuan ( ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh dengan cara
meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan
rasio (A.S. Hornby, A Leaner’s Dictonery Of Current English,1957:828).
Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami
rasio, pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tapi kebanyakan
tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Dilihat dari segi sifatnya
mistik dibagi dua yaitu mistik magis dan mistik biasa. Mistik Biasa adalah
mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik ini adalah tasawuf. Mistik magis adalah mistik yang mengandung kekuatan tertentu
dan biasanya untuk mencapai tujuan tertentu. Mistik magis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu mistik magis putih dan mistik magis hitam. Mistik magis putih dalam islam
adalah contohnya ialah mukjizat, karamah,
ilmu hikmah, sedangkan mistik magis hitam contohnya
santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir.
Istilah mistik magis putih dan mistik magis hitam digunakan
untuk sekedar membedakan kriterianya. Orang menganggap mistik magis putih adalah mistik magis yang berasal dari agama
langit (Yahudi, Nasrani dan Islam), sedangkan mistik magis hitam berasal dari
luar agama itu. Dalam prakteknya keduanya memiliki kegiatan yang relatif sama, nyaris hanya nilai filsafatnya saja
berbeda. Kesamaan itu terlihat dari mistik magis putih menggunakan
wirid, do’a sedangkan mistik magis hitam menggunakan
mantra, jampi yang keduanya pada segi prakteknya sama.
Perbedaan terdapat dari segi
filsafatnya. mistik magis putih selalu berhubungan dan bersandar pada Tuhan,
sehingga dukungan Illahi sangat menentukan. Mistik magis hitam selalu
dekat, bersandar dan bergantung pada kekuatan setan dan roh jahat.
Untuk menilai apakah mistik magis itu hitam atau putih bisa
dilihat dari segi epistemologi dan aksiologinya. Bila pada hal ontologinya
terdapat hal-hal yang berlawanan dengan kebaikan, maka dari segi ontologi
mistik magis itu kita disebut hitam. Bila cara memperolehnya (epistemologi) ada
yang berlawanan dengan nilai kebaikan maka kita akan mengatakan mistik magis
itu hitam. Bila dalam penggunaan (aksiologi) untuk kejahatan maka disebut
hitam.
Tokoh utama dalam novel ini
mulai mengenal dan menyaksikan banyak hal-hal mistis dari Mahar dan tokoh
lainnya yang menjadi bagian dari kisahnya. Awalnya pengarang memperkenalkan
terlebuh dahulu cara pengobatan tradisional yang mengandung unsur mistis
melalui tokoh. Seperti pada kutipan:
“A Put mendiagnosis sakit gigi dengan ujung
paku di atas sepotong balok yang secara imajiner dianggapnya sebagi tekak
manusia. Ia menggeser-geser ujung paku untuk mencari gigi yang sakit, jika pasiennya
mengguk karena secar imajiner pula merasakan ujung paku itu mengenai giginya. A
Put akan menghantam kepala paku dengan palu, keras dan byar! Sakit gigipun
sirna. Tanpa perlu membuka tekak, bahkan tanpa disentuh secuil pun oleh A Put.
Ajaib dan Magis.”(Maryamah Karpov: 162).
Dari pernyataan tersebut
dapat diungkapkan pengarang kepada
pembaca bahwa kita bisa menilai bahwa pernyataan tersebut merupakan salah satu
bentuk mistik magis putih, karena menurut ontologinya hal tersebut
mengacu kepada kebaikan. Ia bisa menyembuhkan penyakit seseorang tanpa harus
menyakiti orang tersebut.
Mistik merupakan suatu hal yang bisa dikatakan tidak asing
lagi bagi sebagian besar masyarakat. Tetapi ada juga sebagian besar dari
masyarakat yang tidak mempercayai hal tersebut. Umumnya hal-hal yang berbau
mistis tersebut dalam masyarakat awam earat kaitannya dalam dunia perdukunan.
Di satu sisi perdukunan bisa terlihat positif karena bisa membantu seseorang
dari penyakit. Namun di sisi lain hal
tersebut merupakan hal yang dilarang dalam agama terutama Agama Islam, karena
hal tersebut merupakan perbuatan syirik.
Lewat kutipan pada salah
satu bagian novel, memberikan makna tersirat didalam suatu pernyataan tokoh.
Penyakit yang diderita tokoh Nai bukan penyakit fisik semata, tetapi didalamnya
terkandung kejadian atau peristiwa gaib. Mungkin pengarang bermaksud bahwa
Tokoh Nai sakit karena serangan ilmu hitam seperti semacam guna-guna.
Digambarkan pengarang dalam kutipan:
“Cerita Puniai,
Nai mulai sakit ketika ketika menolak pinangan seorang lelaki Batuan yang
bernama Tambok.” (Maryamah Karpov: 379).
Dari hal di atas kita bisa berpendapat
bahwa sakit yang dialami tokoh, bisa terjadi karena mantra-mantra dan jampi
bahkan pelet yang dikirimkan kepada seseorang. Dan kejadian itu bisa saja
terjadi karena bantuan setan dan roh jahat. Disini pengarang terlihat ingin
menjelaskan bahwa hal mistis yang dialami tokoh merupakan Mistik Magis Hitam. Tokoh
menjadi menderita karena penyakit itu. Secara aksiologi atau penggunannya
penyakit yang dideritanya itu kiriman dari seseorang yang menganut Mistik Magis
Hitam karena digunakan untuk kejahatan.
Menurut saya dari kutipan
tersebut secara tidak langsung pengarang ingin menggambarkan suatu kebiasaan
masyarakat Melayu, bahwa kebencian kepada seseorang dibalaskan dengan cara
halus. Seperti yang telah menjadi semboyan “Cinta ditolak Dukun bertindak”. Hal
ini memang sering kita dengar terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Seorang gadis menjadi gila karena menolak cinta seorang pemuda. Sebenarnya
seseorang memiliki hak untuk suka atau tidak suka pada orang lain. Tetapi
itulah manusia, jika ia merasa sakit
hati segala cara akan dilakukan untuk membalaskan rasa sakitnya.
Kita lihat lagi kutipan
berikut:
“Mahar merenggut
kain hitam dari wajahku dengan depresi : jangan sembarangan! Ini bukan barang
mainan! Lalu dengan gayanya yang khas, ia berlalu.” (Maryamah Karpov).
Dari sini dapat kita lihat
dalam perdukunan menggunakan media-media yang berupa benda-benda yang dianggap
keramat dan memiliki kekuatan magis sehingga benda tersebut sangat memiliki
arti yang dalam dunia orang-orang biasa
benda tersebut tidak ada artinya.
Hal tersebut hampir sama
dengan kutipan pernyataan di bawah ini:
“Mahar kembali
mengeluarkan pernak-pernik yang lebih aneh, yaitu Tanduk Menjangan Gunung, Uban Kucing Pohon, Telur Pertama Penyu yang
baru pertama kawin dan Kuku Lutung Putih yang masih perawan. Para peminat dunia
gelap selalu terobsesi untuk memiliki benda-benda yang menurut mereka sangat
makbul khasiatnya.”
Pengarang mengungkapkan
bagian-bagian mistik yang seperti dalam dunia perdukunan, pengarang memaparkan
tentang benda-benda yang biasa digunakan sebagai media dalam perdukunan. Para
peminat dunia gelap menganggap benda tersebut keramat karena dipercaya mampu menangkal
serangan ilmu hitam lainnya.
“Bulu kudukku
berdiri. Sihir dari dukun manapun, tidak akan mampu
menyeberangi laut. Adakah orang yang sesakti itu? Inikah alasan La’ani takut?
Seharusnya aku pulang saja seperti sarannya, melupakan Batuan, melupakan A
Ling.” ( Maryamah Karpov: 225).
Disini terlihat tokoh
sebagai orang melayu takut dan tidak mau berurusan dengan orang yang memiliki
ilmu hitam dan tingkat kesaktiannya tinggi. Ini membuktikan bahwa tokoh La’ani
merupakan orang awam yang tidak menganut paham-paham mistis terutama mistis
magis hitam. Jika dikaitkan
dengan Islam hal tersebut merupakan suatu perbuatan syirik. Disini tokoh takut
kepada seseorang yang memiliki kesaktian tinggi. Dan itu sama saja dengan
menduakan Tuhan karena Ia takut kepada makhluk selain Tuhan yang berarti suatu
perbuatan syirik.
Terlepas dari semua yang
telah diuraikan, pengarang tidak berpendapat membenarkan hal-hal perdukunan
maupun ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan mistis. Pengarang juga
menyampaikan hal-hal yang bersifat kontra terhadap mistis. Seperti dalam
pernyataan tokoh:
“Ia kembali
mengimbau, membujuk, mengajak, menggertak, sampai mengancam agar aku
mengunjungi klinik Dokter Diaz demi mengakhiri masa jahiliyah perdukunan gigi
di Kampung.”
Pengarang mengajak untuk
berpikir rasional dan tidak boleh terlalu larut berhubungan dengan hal gaib. Disini
bukan berarti pengarang melarang mempercayai hal-hal gaib. Tapi pengarang
menyatakan bahwa hidup itu harus dijalani secara rasional.
Dalam novel ini terlihat
pengarang mulai memperkenalkan atau mengungkapkan beberapa hal yang menyangkut
mistis. Tetapi pengarang tidak begitu fokus membahas kedudukan atau manfaat
semua hal yang berhubungan dengan mistis tersebut dalam kehidupan masyarakat.
Materi tentang
mistik serba abstrak artinya tidak konkrit, misalnya tentang Tuhan (paham
mistik ketuhanan), tentang keruhanian atau kejiwaan, alam dibalik alam dunia dan
lain-lain (paham mistik non-keagamaan). Dalam “Maryamah Karpov” materi tentang
mistik yang dijelaskan pengarang lebih kepada hal tentang keruhanian,alam
dibalik alam dunia (alam
gaib).
Profil Penulis:
NIM/BP : 00111/2008
TTL : Talu, 22
April 1990
Jurusan : Bahasa dan
Sastra Indonesia dan
Daerah
Alamat : Jl. Murai Dalam No.7 Air Tawar,
Padang
0 Komentar:
Posting Komentar