Sabtu, 17 Desember 2011

Essay 27 (Kritik Sastra)



KEMARAU DALAM KEMARAU
Oleh Rahmah

KEMARAU bukan hanya sebagai simbol tidak turun-turunnya hujan beberapa bulan, yang telah membuat sebuah perkampungan menjadi rengkah dan kering yang butuh akan tetesan air hujan, tetapi kemarau juga bisa dianalogikan sebagai kehidupan yang menandakan bagaimana suatu perkampungan tersebut yang penduduknya kurang dari agama dan pendidikan. Mereka keras kepala dan susah untuk dinasehati, mereka berbondong-bondong mendatangi mesjid bukan ketulusan hati untuk mendengarkan pengajian, tetapi karena melihat orang yang menyampaikan pengajian. Itulah kiranya A. A Navis terinspirasi mengangkat judul bukunya dengan Kemarau.
Buku ini mengangkat tema kehidupan yang A. A Navis membicarakan kehidupan orang-orang menghadapi kemarau panjang. Yang mereka banyak berputus asa dalam menghadapi kemarau panjang tersebut. Buku yang mengisahkan sebuah kehidupan orang Minangkabau yang pemikiran pada umumnya masih belum maju. Mereka masih percaya kepada ramalan-ramalan, dan perdukunan. Mereka berfikir hal-hal tersebut bisa membantu mereka dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi, walaupun sebenarnya perdukunan itu tidak sedikitpun bisa membantu mereka.

Pada saat itu para petani kampung itu hanya menunggu dan memandangi langit, mereka berharap hujan akan turun atau tidak. Dan karena sawah-sawah tersebut sudah merekah para petani tersebut mulai berfikir dan  beberapa orang diantara mereka pergi mendatangi dukun.
Jalan kehidupan dihadapi oleh seseorang yang dilukiskan oleh A.A Navis dalam bukunya yang berjudul Kemarau.  Buku yang mempunyai alur cerita yang flash back (maju mundur) ini, yang agak membingungkan kalau dibaca karena diawal cerita kisah yang kita baca seakan-seakan ceritanya itu laju dengan kisah-kisahnya, tetapi dipertengahan cerita kita harus mengingat kembali masa-masa lalu tokohnya.
Kisah ini dibuka dengan tokoh utama Sutan Duano yang datang ke kampung itu pada akhir kedudukan Jepang dia adalah seorang sosok yang mempunyai masa lalu yang buruk. Yang anaknya nikah dengan saudaranya sendiri, lantaran dia sering nikah  cerai dengan istrinya dimasa lalu. Seorang laki-laki yang berusia 50 tahun. Dia  muncul di sebuah kampung  itu  pada masa kedudukan Jepang. Laki-laki ini diberi izin oleh Wali Nagari  untuk tinggal dikampung itu. Yang waktu itu Sutan Duano berumur sekitar 40 tahun.
Maka untuk menghilangkan semua itu dia melarikan diri ke kampung tersebut. Yang bagi orang-orang kampung tersebut dia dianggap aneh karena dia menghabiskan hari-harinya dengan bekerja keras yang kurang memberi perhatian tentang kerohanian.
Dan orang bahkan tambah tercengang lagi karena sisa umurnya dia lebih suka mengumpulkan uang dengan kerja keras yang saat itu para orang kampung tersebut telah meninggalkan semua pekerjaan keras tersebut yang mereka terfokus pada ilmu pengetahuan umum. Padahal setiap orang yang mau mendiami setiap Surau adalah untuk menghabiskan sisa umur tuanya itu sambil berbuat ibadah melulu, sembahyang, zikir, dan membaca Al-Quran sampai mata menjadi rabun, karena bagi penduduk kampung itulah guna Surau dibuat selama ini.
Dari masa kemasa Tidak ada yang menonjol dari Sutan Duano, bagi orang-orang kampung dia hanya ditandai sesorang yang mengerjakan pekerjaan dengan tetap tanpa merasa menghiraukan keheranan orang-orang kampung terhadap dia.  Dari pagi dia berangkat kerja, lalu sorenya dia pulang dan tidur. Itulah yang selalu dilakukannya di kampung ini. Dia seperti orang yang terasingkan dan tanpa dipedulikan oleh orang-orang.
Dan pada suatu waktu Sutan Duano memulai suatu kehidupan yang baru, dia sudah memulai mengarap sawah yang terlantar dengan meminta izin kepada pemiliknya untuk dikerjakan. Bahkan sapi-sapi yang tidak tergembala di kampung tersebut ditampungnya dengan perjanjian sedua, bahkan semakin hari usaha Sutan Duano ini semakin meningkat, ketika orang-orang sibuk di Lapau bercanda gurau di malam hari, tetapi dia malah membenamkan dirinya di Surau tersebut mengikisi lumut kulit manis.
Sutan Duano juga sudah memulaii sembahyang dan mempelajarai ilmu agama dengan membaca buku-buku, dan pada saat ini pulalah penduduk kampong ini sudah bosan dengan kursus-kursus mereka, dan uang pun sudah sulit bagi mereka dan harga-harga sudah mulai  meningkat, maka Sutan Duano sudah termasuk orang yang berada dalam kampung ini. A.A Navis menggambarkan Sutan Duano seperti penyelamat dalam perkampungan itu, bagaimana dia menghadapi kemarau panjang, dia berusaha bekerja keras untuk mengangkut air dari Danau untuk mengairi sawanhya. Dan dari sinilah dia mencoba untuk mempengaruhi penduduk kampung tersebut untuk bekerja keras, walaupun dia sempat dibilang orang gila tapi dia tidak pernah putus asa walau usaha untuk meyakinkan penduduk tersebut tidak berhasil.
Begitulah perspektif Sutan Duano dalam mengajak penduduk kampung tersebut  untuk mengajak mereka mengairi sawahnya, walaupun usaha yang dilakukannya itu kandas, tetapi dia tidak berputus asa. Dia mengerti bagaimana pemikiran penduduk kampung tersebut. Maka usaha yang terakhir dilakukan Sutan Duano mengangkut air Danau sendirian dari laut guna untuk memberikan contoh bagi penduduk kampung tersebut bagimana menjadi petani yang baik.
Karena masih belum berhasil maka Sutan Duano melakukan usaha lain dengan seorang anak kecil yang selalu mengikuti dan memperhatikan dia mengangkut air dari Danau tersebut. Kedekatan Sutan Duano dengan anak kecil tersebut menjadi fiitnah jatuh cinta pada orang tua anak tersebut. Dalam usahanya ini Sutan Duano berhasil menghadapi semua dengan mendatangkan banyak  konflik, walau konflik yang dihadapinya bertubi-tubi menjatuhkan dirinya sendiri, bahkan Sutan Duano juga menemui mantan istrinya untuk menyelesaikan dan meminta maaf atas segala kesalahannya dimasa silam dan pada akhirnya dia juga bisa menyelesaikan masalah anaknya dan mantan istrinya tersebut.  Sutan Duano bisa menyelesaikan masalah itu dengan hati yang lapang. Bagaimana dia menghadapai orang-orang kampung yang mempunyai otak keras kepala, yang mereka banyak menghabiskan waktunya duduk-duduk di Lepau tanpa kerja keras untuk mengairi sawahnya. Yang mereka hanya menunggu dan memandangi langit  berharap sebentar lagi Tuhan akan menurunkan hujan.
Sutan Duano akhirnya hidup bahagia bersama Gundam setelah menikahinya, walaupun sebelum dia menikahi Gundam banyaknya halangan dan rintangan yang dia hadapi, bahkan dia telah difitnah oleh seorang penduduk kampung tersebut yang bernama Iyah, bahwa Sutan Duano telah melakukan hal-hal yang sangat buruk dengan Gundam namun konflik yang dihadapi Sutan Duano tidak hanya sampai disini. Tetapi masih ada masalah-masalah yang musti dihadapi oleh Sutan Duano dengan melihat sikap penduduk kampung yang susah untuk diajarkan.
Buku ini sangatlah bagus apabila dibaca oleh semua kalangan, karena begitu besarnya pengorbanan seseorang dalam mencari rezki, dia selalu berusaha dan berusaha. Bahkan dia tidak mengocehkan omongan orang lain yang mengangap dia orang gila dan aneh. Dalam membaca buku ini mengisahkan bagaimana kita seolah-seolah berada di sebuah perkampungan yang kita merasa terasingkan. Merasakan sesuatu masalah tersebut seperti terjadi dalam kehidupan kita sendiri. Bagaimana Sutan Duano menjalankan kehidupannya sehari-sehari di Surau tempat dia tinggal.



Profil Penulis:
Rahmah, itulah nama lengkap seorang cewek tomboy yang berasal dari Bukittingi……si tomboy…….??? Itulah kata-kata yang selalu ia dengar dari setiap mulut yang dikenalnya, begitu mudah dech buat diingat.
Aries, 17 April 1988. Itulah selalu tertera setiap terbitnya majalah yang menjadi langganannya. Perkataan Aries yang mengatakan adalah cewek cuek, tertutup dan sensitife. Namun perkataan itu tidak melewati hari-hariknya yang sulit.
Si Tomboy menamatkan pendidikan di SDN 44 Candung, Bukittinggi. Setelah itu melanjutkan pendidikan kesebuah pondok Pesantren MUS (Miftahul Ulumi Syariah) dan sekarang telah berstatus mahasiswa, semester lima jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Padang.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog