Selasa, 03 Januari 2012

Essay 45 (Kritik Sastra)



PERKARA SIANG DAN MALAM YANG SANGAT  
MEMBINGUNGKAN DALAM CALA IBI
Oleh Novia Okta Viari  

CALA Ibi merupakan tulisan yang sulit dicerna atau dipahami, aplagi seperti saya yang pemula dalam membaca novel seperti Karay Nukila amal. Nukila melikiskan makna dari pengalaman manusia yang memang tidak sederhana, berhasil menunjukkan bahwa pengalaman manusia itu sesungguhnya tidak logis, tapi metaforis seperti mimpi. Akan tetapi itulah yang menarik dari cerita ini, menguak kisah dibalik semua  mimpi-mimpi yang terjadi.
Cala Ibi karangan  adalah sebuah novel yang memperkarakan hakikat nama, dari peristiwa, dan cerita, maya dan nyata, diri dan ilusi, tapi juga memperkarakan kodrat kata dan bahasa itu sendiri. Novel ini berkisah tentang satu tokoh dalam dua dunia yang berbeda. saat pagi datang, sebagai Maya dengan kesibukannya layak wanita karir di Jakarta. Namun bila malam telah tiba namanya bukan lagi Maya tapi Maia. Dalam malam-malam itulah Maia dibawa sang Naga (cala ibi) menembus batas ruang dan waktu mengarungi lautan mimpi tak bertepi.
Namun sejauh yang saya pahami, Cala Ibi mengungkapkan berbagai macam makna-makna, perlambang yang jalin-menjalin, dan juga tanda-tanda, yang kita jumpai saat kita mencoba memahami misteri, peristiwa, rahasia alam semesta. Satu makna bisa mengandung makna yang lain, demikian pula dengan pertanda, lambang, konsep, penjelasan. Satu makna mungkin perlu diulang-ulang, untuk membuat kita paham dan untuk mengingatkan. Cala Ibi kadang seperti menjelaskan asal muasal pengetahuan manusia, epistimologi. Manusia dapat belajar dari rasio dan juga imajinasi bahkan mimpi. Keduanya saling melengkapi, dua sisi kesadaran manusia. Pertanda, makna, perlambang dapat muncul dari mana saja. Kita harus menajamkan rasa, mencerap semua pengalaman.
Yang menarik sebenarnya adalah cara penceritaan Nukila yang simbolik, kompleks, dan syarat dengan permainan kata, dengan bahasa-bahasa liris, padat dan metaforis membuat novel ini demikian  rumit dan menguras pikiran. Menurut saya pengarang ini adalah wanita yang pintar ia pandai meramu kata hingga berpendar, memancar, menjangkau berbagai makna. Seperti punya sumber yang tidak habis-habisnya. Seperti ketika ia menceritakan sekumpulan pekerja…, di hotel  berbintang
“Wajah-wajah. Jeruji-jeruji dari duka lara, membujur turun dari dahi ke dagu, dari maskara ke gincu, berbedak kebanggaan tebal-tebal, mengubur luka dalam-dalam. Mengerumuni kenyamanan, mencandu kesibukan. Aku melihat kaki-kaki mereka berseliweran, sepatu-sepatu tidak berdebu”.
Nukila berhasil melukiskan bagaimana makna dari pengalaman manusia yang memang tidak sederhana, berhasil menunjukkan bahwa pengalaman manusia itu sesungguhnya tidak logis, tapi metaforis seperti mimpi. Pada bagian pertama Bapak menamaiku, ibu memimpikanku,  Novel ini diawali dengan cerita biografis tentang asal usul Maya dari keseluruhan cerita tentang kehidupan Maya di Jakarta. Nukila menggunakan kata ganti orang pertama “aku” untuk subyek Maya. 
Dibagian lain ketika Maya telah berubah nama menjadi Maia, Nukila menggunakan kata ganti orang kedua “kamu atau kau” untuk subyek Maia. Demikian seterus nya novel ini mengalir bolak balik antara Maya di siang hari dan Maia di malam hari, Maya yang bermimpi menjadi Maia yang resah menunggu terbitnya pagi sempurna.
Dalam novel ini saya cukup suka dengan tokoh utamanya, Maya, digambarkan sangat rasional sebagaimana ayahnya. Bersama rasionya, Maya mengalami kebekuan, kebuntuan. Ia terjebak dalam rutinitas pekerjaan dan terkurung di kota Jakarta yang digambarkan telah sangat tidak manusiawi. Menurut saya, novel ini sangat kaya, meskipun tidak menganut cara bercerita yang biasa. Seperti tuturan seseorang yang sedang merenung, tercenung, menyelam ke dalam, berjalan-jalan sendiri dan sering juga bicara pada diri sendiri. Meskipun banyak dari pemakaian kata-kata yang kurang saya mengerti tapi pada inti dari novel ini sendiri sangatlah menarik. Ketika memperdebadkan arti sebuah nama yang di anggapnya tidak penting. Meskipun begitu ia sadar sejarah yang ada di balik namanya itu.



RIWAYAT PENULIS
Novia Okta Viari  seinsan wanita yang lahir di Bali tanggal 9 Oktober 19 tahun yang lalu. Di besarkan di pulau Tiara Dewata, Bali sampai menginjak usia 8 tahun. Lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di Kupang, NTT. Kemudian kelas 5 SD pindah ke Sumatera Barat (Kenagarian Muaro Bodi, Kab. Sijunjung).
Di Sijunjung itulah ia menamatkan pendidikan sampai SMA, dan sekarang menduduki bangku perkuliahan di Universitas Negeri Padang. Perempuan yang satu ini suka mendengarkan musik disaat hati sedih ataupun senang. “Besikap baiklah kepada orang yang telah menyakiti kita, serta kita harus maju dalam prestasi dan tauladan dalam prilaku”, itulah Motto hidupnya.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog