Selasa, 03 Januari 2012

Essay 33 (Kritik Sastra)



DUNIA PERSONAL DALAM RECTO VERSO
Oleh Prasma Wulandari. NF

“RECTO Verso” bisa jadi obat untuk orang-orang yang selalu mengklaim dirinya logis, bahkan dalam urusan yang menyangkut perasaan, seperti cinta. Kadang-kadang, tidak ada gunanya menjadi sok kuat dan tidak memakai hati. Kadang-kadang kita lebih baik mempercayai apa yang tidak bisa dilihat. Kadang-kadang kita memeng harus berhenti mencari kalau semata hanya ingin mengerti. Buat apa memakai (hanya) logika kalau tubuh, jiwa dan roh tidak sinkron? Karena kalau tidak, kita bisa tersesat dalam pemikiran atau asumsi sendiri.
Cerita tersebut memberikan kita pengalaman emosional yang beragam dalam satu trip. Terkadang membawa kita membumbung setinggi awan, terkadang menghempaskan kita kebawah dengan cepat. Genggaman kita terasa seperti bar pengaman yang masih menghubungkan kita dengan dunia nyata. Cerita itu berbicara mewakili banyak insan. Menakjubkan, berhasil merangkum jeritan dan tangisan hati dalam simponi kata-kata yang indah namun tidak picisan. Memaksa kita untuk melepas genggaman tangan dari bar pengaman dan ikut menghilang sejenak. Mempersiapkan hati untuk menghadapi kenyataan.
Penulisan recto verso cenderung sangat puitis. Penokohan bukan hal utama, melainkan lebih ditekanakan pada penuturan yang personal layaknya catatan pribadi. Bisa dibilang, membaca Recto Verso sama seperti membaca kumpulan surat cinta. Recto Verso memang diharapkan dapat menyentuh hati pembaca sekaligus pendengar secara dalam dan personal.
Menikmati Recto Verso seolah membaca kisah hidup sendiri, membuka jiwa saat mulai membaca tiap fiksinya dan diakhiri dengan mendengar lagu-lagunya. Melihat tiap cerita dari dua sudut penokohan yang berbeda, dari dua dunia yang seakan terpisah dan dari dua sisi yang menyatu dalam Recto Verso.
Malaikat juga tahu merupakan salah satu andalan dalam Recto Verso yang diangkat dari kisah seorang bunda yang sangat mencintai anaknya yang mengidap autis, yang mencintai seorang gadis yang ternyata dicintai juga oleh adik Si Abang yang autis. Membaca fiksinya, menceritakan sisi Si Gadis yang juga menyayangi Abang karena sudah dianggap sebagai saudara tetapi tidak mencintainya untuk dijadikan pasangan hidup. Ia memilih untuk mencintai adik walaupun bunda meyakinkannya bahwa cinta Abang adalah segala-galanya pada Si Gadis.
Masing-masing cerita dari sebelas cerita pendek di dalamnya seperti menawarkan sebuah formula cerita dengan kutipan kata “cinta” di dalamnya: cinta sahabat sendiri. Cita tidak sampai. Hantu bercinta. Autis pun tahu artinya bercinta. Cinta ibu. Cinta, cinta dan cinta. Kontestasi cinta mana yang paling besar, ragam cinta dan lain-lain.




RIWAYAT PENULIS
Prasma Wulandari. NF dilahirkan di Jambi, pada tanggal 5 Maret 1990. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan awal yang ia duduki adalah taman kanak-kanak selama 1 tahun. Kemudian ia sekolah dasar di SDN 74/III Gunung Kerinci dan lulus pada tahun 2002. Kemudian ia melanjutkan kesekolah menengah pertama di SMPN 2 Gunung Kerinci dan lulus pada tahun 2005. Ia pun melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Gunung Kerinci pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 ia pindah sekolah ke SMAN 1 Solok Selatan dan lulus pada tahun 2008 ia pun langsung masuk keperguruan tinggi dan sampai sekarang masih aktif sebagai mahasiswi Universitas Negeri Padang.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog