Selasa, 03 Januari 2012

Essay 35 (Kritik Sastra)



MATERIALITAS DALAM LASKAR PELANGI
Oleh Sesmita

NOVEL Laskar Pelangi menitikberatkan pandangan materi terhadap pendidikan. Di tengah hiruk-pikuk industrialisasi banyak yang menganggap bahwa pendidikan berkualitas itu membutuhkan biaya cukup mahal, apalagi dalam kondisi pendidikan nasional yang sedemikian pelik. Novel ini menjadi pil pahit bagi praktisi pendidikan yang menganggap bahwa pendidikan yang berkualitas harus mahal. Dengan hadirnya novel ini menambah daftar panjang buku yang mengangkat tema pendidikan dan memperjuangkan pendidikan yang berkualitas tidaklah harus mahal.
Kisah yang terangkum cukup elok dalam novel ini mengisyaratkan kita untuk bangkit dalam menatap masa depan pendidikan yang gemilang dan menghipnotis kesadaran, kecerdasan serta kemauan kuat untuk memaknai sebuah perjalanan hidup. Di dalamnya juga terdapat perjuangan dalam menuntut ilmu yang tiada pernah kenal lelah yang tergambarkan dalam sosok Lintang yang harus menempuh puluhan kilometer untuk berangkat sekolah setiap hari dengan mengayuh sepedanya dan melewati segerombolan Buaya yang ada di sungai. Namun, ia tetap semangat dan tidak gentar pada rintangan itu sedikitpun. 
Kisah yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi ini sungguhlah unik. Dimana segala sesuatu  tingkah laku seseorang ditujukan untuk ibadah dan dakwah. Ini terlihat dari tokoh pak Harfan dan Bu Muslamah yang menempatkan sarana pendidikan sebagai ladang ibadah sekaligus dakwah syiar Islam. Mereka telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah dengan nyaris tanpa imbalan apapun demi motif syiar Islam. Pak Harfan dan Bu Muslimah mampu mencuri kembali spirit ibadah dan dakwah. Tentunya hal ini sangat berbanding terbalik dengan tuntutan para guru saat sekarang yang cenderung lemah ketika kesejahteraannya tidak tercukupi. Karenanya, tidak ada suatu keteguhan jiwa. Sosok Pak Harfan dan Bu Muslimah menjadi suatu keajaiban atau mukjizat kemanusiaan. Mereka adalah kesatria tanpa pamrih, pangeran keikhlasan dan sumur jernih ilmu pengetahuan di ladang yang ditinggalkan. Spirit inilah yang sesungguhnya menjadi modal dasar dalam pergerakan dakwah. Tidak ada dakwah tanpa ada kesabaran, tidak ada ibadah tanpa keikhlasan, dan tidak ada gerakan tanpa sebuah pengorbanan. Kata-kata ini nampaknya dapat menggambarkan kisah guru-guru teladan produk orisinil bangsa Melayu yang ada dalam novel ini.
Dalam novel ini terdapat pandangan bahwa sesungguhnya yang dikenang oleh seorang murid bukanlah sebuah nilai A, B, dan C ataupun serentetan materi yang diberikan ketika mengajar. Akan tetapi suatu hal yang dikenang murid adalah beberapa mutiara kata yang keluar dari lisan seorang guru dan itu mencerahkan. Petikan paragraf yang menggambarkan hal tersebut  yaitu “Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik air hujan. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun.npak Harfan memberi kami pelajaran. Pertama tentang keteguhan, tentang ketekunan, keinginqn kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” (halaman 20). 
Munculnya kata yang mencerahkan inilah yang menjadi landasan moral mereka hingga kapanpun dan dimanapun. Pada titik inilah kunci dari sebuah kualitas pendidikan. Justru dari sekolah gudang kopra yang mau roboh malah menjadi inspirasi moral yang begitu kuat bagi banyak pengamat maupun praktisi pendidikan.




RIWAYAT PENULIS
Sesmita lahir di Pekanbaru, 23 september 1990, adalah anak keempat dari empat bersaudara. Mengalami masa kanak-kanak, remaja dan sekolah di Bukittinggi, Baso. pendidikan yang ditempuh SD 01 Baringin Anam Baso, SLTP N 01 Candung, SMAN 01 Ampek Angek (Lambah Biaro). 
Sekarang menimba ilmu di Universitas Negeri Padang, jurusan Bahasa Indonesia dan Daerah dengan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah. Nomor induk mahasiswa 04530/2008. Hobinya adalah membaca novel dan mendengarkan musik. Alamat Email i_shes@yahoo.com.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog