Selasa, 03 Januari 2012

Essay 34 (Kritik Sastra)



KEBERADAAN MITOS DALAM NAZAR-NAZAR JIWA
Oleh Nova Sriwahyuni

MITOS  adalah ungkapan tardisional dari satu atau lebih syarat, dan satu atau lebih akibat, beberapa dari syarat-syaratnya bersifat tanda, sedangkan yang lainnya bersifat sebab. Mitos  juga salah satu kepercayaan seseorang terhadap hal-hal gaib pada zaman dahulu kala atau pada zaman nenek monyang, kepercayaan ini sangat sudah berangsur-angsur pudar tetapi masih banyak orang yang mempercayainya, sangat mustahil rasanya bila masih ada orang pada zaman modern ini percaya pada hal-hal seperti ini. Kepercayaan ini sangat dipengang teguh orang-orang dahulu.
Di sini Budi Sulistyo En-nafi terinsperasi mengangkat tema bukunya dengan tema masyarakat yang mempercayai hal-hal gaib karena ini adalah suatu hal yang mesti dikupas habis karena kepercayaan hal-hal gaib adalah salah satu kemusrikkan yang tidak bisa diterima taubatnya di sisi Allah. Kemusrikan yang  terdapat dalam buku ini: 
“Dengan mengocok-ngocok bilah Bambu yang telah dipasangi angka-angka dan saat bilah bambu itu jatuh maka diambillah sang penunggu lembaran ramalan yang sesuai dengan nomor bambu yang jatuh”.
Ramalan ini sangat dipercayai masyrakat Gunung Kawi, kepercaan ini terus menerus mereka lakukan untuk mendapat sesuatu hal yang ingin mereka capai. Walupun jawaban-jawaban yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan keinginan, keputusasaan masyrakat setempat tidak pernah ada bahkan mereka mengira itu  adalah kegagalan yang tertunda dan kegagalan ini membuat keyakinan pada hati mereka bahwa keberuntungan akan datang untuk menyambut. Pada hal Allah SWT telah berfirman, ”hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk), berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah termasuk perbuatan setan maka jauhilah perbutan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” 
Kepercayaan masyarakat dalam buku ini masih sangat kuat terhadap hal-hal ghaib, kepercayan ini membuat masyarakat jauh dari jalan Allah dan ini juga dapat disebut menyekutukan Allah, masyarakat ini meminta segala sesuatu yang mereka inginkan seperti meminta pada pohon besar, ramalan, batu nisan dan sebagainya dan melakukan spritual.
Apakah mereka tidak pernah berfikir atau memikirkan dengan apa yang mereka lakukan dengan mempercayai jatuhnya daun pohon dari sebuah pohon yang juga makhluk-Nya dengan nasib baik atau nasib buruk? Walaupun kejatuhan satu truk daun sekalipun, tapi malas kerja, apa mungkin bisa memperoleh keuntungan?, bahkan, ibaratnya bila kejatuhan pohonnya sekalian, tapi Allah menahan dan tidak memperkenakan dia dapat rizki, siapa yang akan menghalagi keinginan Allah? Sungguh, Allah telah memperingatkan mereka dengan firman-Nya, “atau, siapakah dia yang memberikan kamu rizki jika Allah menambah rizki-Nya? Sebenarnya, mereka terus menerus dalam kebohongan dan menjauhkan diri? “
“orang-orang mengantri, menunggu diberinya bungkusan atau kantong kuning dan merah berisi kembang makam. Katanya bisa buat pelaris, keberuntungan, atau bahkan penolak bala atau sial. Bungkusan itu bisa digantung di atas pintu, di tanam di tanah, atau dibawa kemana-mana”.
Kalau menurut saya hal di atas adalah sangat mustahil karena mana mungkin hanya dengan kembang bisa memberikan kita suatu keberuntungan dan dapat mengubah jalan kehidupan seseorang. Sedangkan nabi  saja tidak akan bisa mengubah jalan kehidupannya hanya dengan menyakinkan sesuatu hal itu tampa berusaha. “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sediri yang mengubahnya”. Jadi jika kita melakukan hal seperti hal di atas bukan keberuntungan yang kita datang malah sebaliknya kita akan dibenci oleh Allah dan tidak akan mendapat ridho-Nya.
Apabila kebudayaan ini masih terus menerus dibiarkan maka masyarakat akan semakin jauh dari Allah dan masyarakat juga tidak akan henti-hentinya meminta pertolongan kepada apa yang mereka lakukan selama ini. Semestinya, hubungan mitos yang terdapat dalam buku ini semacam ungkapan tradisional tetapi berbeda dengan ungkapan tradisional-tradisional yang lain seperti bahasa rakyat, nyayian-nyayian rakyat. Mitos berdasarkan asumsi kasadaran atau bukan kesadaran  mengenai syarat-syarat dan akibat, sebab dan akibat dalam dunia kehidupan sehari-hari. 
Kalau diperhatikan pada zaman sekarang ini hal-hal gaib dan melakukan ritual-ritual ini adalah hanya orang-orang bodoh saja. Karena dilihat pada zaman sekarang ini pendidikan sudah semakin maju, tekhnologi juga sudah semakin canggih tetapi bagaimana bisa kepercayaan ini masih melekat pada diri kita. Tetapi bagai manapun juga mitos yang bersifat gaib ini bukan berarti bisa hilang sepenuhnya dalam masyarakat karena mitos itu pada masyarakat Gunung Kawi adalah kebudayaan yang tidak mungkin ditinggalkan begitu saja, menurut masyarakat ini telah tercipta dari zaman nenek moyang mereka yang harus dijaga dan dipelihara hingga sampai saat ini.
Saya tidak ingin masyarakat tidak terlalu mempercayai hal yang semacam ini, jadi masyrakat seharusnya diberikan pencerahan seperti ceramah-cermah agama atau siraman rohani agar masyarakat semakin mendekatkan diri kepada Allah, mungkin dengan cara itu sedikit banyaknya masyarakat akan mulai memperhatikan agama dan mereka mulai  menyadari bahwa perbuatan yang selama ini mereka lakukan adalah salah dan dilarang oleh Allah. Buku ini baik sekali dibaca oleh kalangan banyak, karena di dalam buku ini kita akan banyak mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dalam buku ini terdapat suatu kebudayaan yang pernah ada di Indonesia.
Akhirnya mitos dalam nazar-nazar jiwa ini sedikit banyaknya memang ada pelencengan dari agama Islam, namun bukan berarti mitos itu tidak pantas untuk dipercayai keberadaannya karena di dalam mitos kita juga bisa sedikit mendapatkan pelajaran.




RIWAYAT PENULIS
Nova Sriwahyuni Batu Bara, akrab dipanggil Nova Sriwahyuni atau Nova dari kecil sampai sekarang dalam pergaulan sehari-hari. Nova anak kelima dari enam bersaudara. Mempunyai dua saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Ia lahir dan dibesarkan di Bangun Raya, tapi sesungguhnya orang tuanya berasal dari Simpang Lolo Pasaman Barat, karena itulah orangtuanya juga selalu mencantumkan marga di setiap nama anak-anaknya, yang berasal dari keturunan ayahnya. 
Ia dikenal sebagai orang yang yang cerewet oleh teman-temannya tapi mengasikkan dan karna kecerewetannya membuat dia banyak disukai teman-temannya. Terkadang cuek namun sebenarnya ia sangat peduli dengan dengan keadaan disekitarnya.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog