Selasa, 03 Januari 2012

Essay 31 (Kritik Sastra)



UKIRAN MENGESANKAN PADA PERAHU KERTAS
Oleh Mella Sari

KARYA fiksi di Indonesia memiliki banyak ciri khas yang menarik bagi para pembaca. Keunikan-keunikan tokoh, latar-latar yang indah, pilihan diksi yang bervariasi serta alur yang mengesankan membuat para pembaca selalu memiliki hasrat untuk membaca karya sastra Indonesia. Artinya, pada karya sastra ini memiliki sebuah kharisma yang dapat menarik orang-orang yang cinta baca untuk selalu membaca karya-karya baru yang terlahir dari para penulis.
Karya fiksi selalu meningkat dari masa ke masa. Karya modern yang dilahirkan Dewi Lestari ini mengundang banyak perhatian bagi pencinta karya sastra. Novel yang berjudul ‘Perahu Kertas’ ini mengupas hal-hal yang dipenuhi dengan gelak tawa, kekonyolan, keegoan, persahabatan dan tangis sehingga cerita ini  sungguh begitu manusiawi. Para pembaca pasti tersentuh oleh alur ceritanya.
Perahu kertas menceritakan tentang kisah seorang anak gadis mungil yang senang sekali mengirimkan pesan kepada Neptunus melalui sebuah perahu kecil terbuat dari kertas yang berisikan pesan-pesan lalu dihanyutkan di sungai atau laut. Kugy namanya, dia menganggap dirinya seorang agen Neptunus.  Novel ini juga menceritakan kehidupan Kugy, kisah cintanya, perkuliahannya, persahabatannya dan kisah-kisah remaja lainnya juga tergambar di novel ini seperti pesta remaja dan perayaan tahun baru.
Tokoh Kugy pada karya Dewi Lestari ini membuat pembaca larut dalam gambaran seorang Kugy. Sedikit banyak pembaca memiliki hasrat untuk menjadi seorang Kugy yang mungil, cantik, bersemangat, suka berkhayal dan cuek untuk masalah penampilan tanpa peduli apa kata orang. Hobi tokoh Kugy sangat tepat dipilih oleh Dewi Lestari karena sangat langka di Indonesia yang  jumlah penduduknya hampir setengah miliyar orang ini. Selintas Dee menggambarkan kecintaan Kugy terhadap hobi yang dimilikinya dalam sebuah paragraf sebagai contoh untuk para pembaca khususnya remaja Indonesia sekarang ini.
“Tidak semua orang menganggap menjadi penulis dongeng layak disebut sebagai cita-cita. Kugy juga tahu itu. Semakin ia beranjak besar, kugy sadar bahwa sebuah cita-cita yang dianggap layak sama dengan profrsi yang pasti menghasilkan uang. Penulis dongeng bukan salah satunya. Untuk itu, sepanjang hidupnya Kugy berupaya membuktikan bahwa ia bisa mandiri dari buku dan menulis”.
Tokoh Keenan pada ‘Perahu Kertas’ ini juga memiliki hobi yang menarik yaitu melukis. Keenan tetap mempertahankan hobi melukis walau ditentang oleh orang tuanya, karena dengan hobi ini Keenan merasa hidupnya lebih berwarna. Hal ini juga digambarkan Dee pada cerita ‘Perahu Kertas’.
“Kamu ... sebetulnya ... terpaksa kuliah di sini, ya?” ucap Kugy hati-hati. Tidak yakin apakah prtanyaan itu pantas diajukan, tapi mulutnya seperti tidak bisa ditahan.
“Keenan menatap Kugy balik, terbesit senyum getir di wajahnya. “nggak matching,” ujarnya pendek, “antara minat, cita-cita dan keinginan orang tua. Harus membuktikan bahwa saya bisa mandiri lewat melukis, sementara kesempatannya tidak pernah dikasih”.
 Keunikan nama tokoh utama yang digunakan oleh Dee seperti Kugy dan Keenan. Awal membaca novel ini sulit untuk diketahui mana yang perempuan dan mana yang laki-laki tetapi setelah dibaca dengan baik barulah mengerti dan sangat berbeda. Kugy sangat akrab dipanggil dengan ‘kecil’. Nama-nama lain yang dimunculkan seperti Eko, Noni, Wanda, Ojos, Pak Wayan, Adri, Lena, Remi, Luhde, Bimo dan beberapa lainnya juga menarik dan mempunyai ciri tersendiri, tetapi penulis tidak terlalu menonjolkan kisah mereka, karena Dee lebih menguatkan pada kisah Kugy dan Keenan.
Novel perahu kertas ini bergenre populer, gaya tutur yang khas seperti anak muda perkotaan. Selintas kata-kata yang digunakan tidak terlalu rumit dipahami oleh pembaca. Berbeda dengan novel postmodern yang bahasanya sedikit melampaui batas dan harus dipahami secara menyeluruh. Hal ini terlihat pada dialog-dialog yang diutarakan para tokoh di dalam perahu kertas. Walau lebih kepada khas anak muda perkotaan tetap saja novel ini tidak lepas dari dksi-diksi yang bervariasi dan gaya bahasa yang indah.
“Ayahnya menghela napas. Riak pada air mukanya tidak bisa disembunyikan, dan keenan melihatnya dengan jelas”.
“Ada suasana mendung yang seketika menggantung di ruangan itu. Satu demi satu pun melanjutkan kegiatannya masing-masing tanpa suara”. 
Permasalahan yang menarik pada perahu kertas ini ialah kisah perjalanan cinta antara Kugy dan Keenan. Kisah cinta yang luar biasa. Pertama kali membacanya sudah dapat terduga ceritanya akan biasa saja seperti novel pop yang selama ini sering dibaca. Tetapi semakin dibaca maka akan tahu ‘keistimewaan’ dari novel Dee ini. Kugy dan Keenan merupakan teman satu kampus di Bandung. Bagai langit dan sumur. Begitu kata Dee untuk menggambarkan keduanya. Mereka saling mengangumi satu sama lain. Namun, keduanya sama-sama tidak mampu untuk mengungkapkannya. Dan, keadaanpun rupanya tidak memungkinkan. Sampai akhirnya cinta mereka menyatu setelah masing-masing mempunyai pasangan hidup. Sedikit cuplikan perasaan Kugy terhadap apa yang dipendamnya terhadap Keenan.
“Bukan hanya karena pembicaraan di Pemadam Kelaparan tadi siang, sudah beberapa minggu belakangan ini Kugy merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Meski rasanya sudah di ujung lidah, Kugy belum bisa menguraikan apa yang sesengguhnya terjadi. Tidak juga pada dirinya semdiri”.
Alur pada Perahu Kertas ini sangat menyentuh hati pembaca. Hal ini karena warna-warna yang bervariasi digoreskan oleh Dee dalam setiap jalan cerita. Alur yang terdapat dalam Perahu Kertas  ini merupakan alur maju, karena rentetan cerita yang selalu berjalan dengan sistematis dari awal sampai akhir. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“(Awal cerita) Amsterdam, Juni 1999... Tidak ada alasan untuk meninggalkan Amsterdam pada musim panas. Inilah masa terbaik untuk bersepeda di sekitar Leidseplein dan Dam Square sambil menikmati sinar matahari yang merupakan surga tahunan bagi warga kota”.
“(Akhir cerita) Jawa Barat, Juli 2003... Hari sudah sore saat ia tiba ke tempat ini. Kembali untuk yang ketiga kalinya. Tak ada lagi tempat yang lebih tepat untuk ia kunjungi. Keenan langsung memarkirkan mobilnya di tebing, bersiap menyambut gua kelelawar di bawah sana memuntahkan isi perutnya sejenak lagi”.
Dari kutipan di atas dapat dapat dilihat bahwa penulis memulai cerita pada tahun 1990 dan mengakhiri cerita pada tahun 2003. Hal ini membuktikan bahwa alur dalam karya Dee ini merupakan alur maju, berbeda dengan alur yang terdapat dalam karya Nukilla Amal yaitu Cala Ibi.
Perahu kertas juga menampilkan tempat-tempat yang pas untuk mempengaruhi pembaca agar lebih terjun ke dalam cerita. Misalnya mengenalkan pembaca kepada tempat-tempat yang indah di pulau Bali dan Jawa. Menggambarkan bagaimana keadaan di kota Jakarta, Bandung, Kuta, dan Ubud. Ini membuktikan bahwa penulis mempunyai pengetahuan yang baik terhadap tempat-tempat yang layak ditampilkan dalam karyanya.
“Keenan memutuskan untuk keluar dari “gua beruang”-nya, turun gunung dari Ubud. Malam ini ia ikut dengan Bayu dan Agung ke Kuta untuk bertahun baru. Jalan Legian penuh sesak dengan orang-orang, mobil-mobil bahkan nyaris tak bergerak. Hampir setiap kafe dipadati pengunjung yang sampai tumpah ruah ke trotoar jalan. Mereka bertiga bahkan harus bicara dengan berteriak-teriak. 
Sepenggal bagian cerita di atas menggambarkan tempat yang biasa disenangi oleh orang-orang dalam realitanya. Ubud yang selalu dipenuhi orang-orang pada saat tahun baru. Penulis sangat tepat menggambarkan seolah pernah pembaca mengalami kejadian tersebut dan membawa pembaca terhanyut ke dalamnya.




RIWAYAT PENULIS
Mella Sari terlahir sebagai anak ke- 3 dari Kasmaboti.  Sebuah desa di pinggiran kota Padang merupakan saksi bisu kelahiran gadis ini.  Dua puluh satu tahun yang silam gadis ini terlahir ke dunia fana, 22 Januari 1990. Gadis munggil nan periang menjalani hidup dengan motto “Bermental Besi Bertekat Baja”.
Lesuik, Begitulah teman-teman memanggilnya. Semasa Diniyah Puteri ia pernah menulis cerpen dan terpilih sebagai juara harapan 1 tingkat Kodya Padang Panjang. Bakat itu ia lanjutkan dengan kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang. Sekarang ia aktif sebagai pengurus himpunan mahasiswa jurusan bahasa sastra dan seni.
Gadis yang menyukai warna kuning dan jeroan ini merupakan jebolan MAN 2 Padang. Semasa di MAN ia tetap menulis walaupun hanya untuk disimpan dalam buku hariannya. Hidup selalu dijalaninya dengan ceria dan penuh semangat. Ia selalu hidup dengan motto hidupnya. Jalin kerjasama dengan penulis HP 085274616919 atau email: Iya.spongebob@yahooo.co.id.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wahyuku Design | Bloggerized by Wahyu Saputra - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog